MALAYSIA - Pada peringatan sepuluh tahun hilangnya pesawat Malaysia Airlines Penerbangan MH370 pada 8 Maret 2014 secara misterius, keluarga dari 239 korban berkumpul di Kuala Lumpur untuk memperingati peristiwa tersebut dan menyerukan upaya penyelidikan baru.
Meski menemukan puing-puing di Samudera Hindia, tidak ada jejak penumpang yang ditemukan. Keluarga-keluarga tersebut, yang masih bergulat dengan dampak emosional, menuntut penyelidikan lebih lanjut dan keadilan.
Teori seputar hilangnya pesawat tersebut, termasuk bunuh diri pilot dan peluncuran rudal, terus beredar. Pencarian maritim terbesar dalam sejarah dilakukan selama tiga tahun, berakhir pada 2017, namun upaya swasta selanjutnya terbukti tidak berhasil.
Banyak kerabat yang menuduh Malaysia Airlines dan pemerintah Malaysia menyembunyikan informasi, sebuah klaim yang dibantah oleh pihak-pihak yang terlibat.
Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan pada Senin (4/3/2024 bahwa dia akan dengan senang hati meluncurkan kembali pencarian penerbangan MH370 jika ada bukti yang meyakinkan.
“Jika ada bukti yang meyakinkan bahwa pencarian tersebut perlu dimulai kembali, kami pasti akan dengan senang hati melakukannya,” terangnya menanggapi pertanyaan tentang pencarian pesawat, dikutip Aviation24.be.
Sidang di Beijing mengenai kompensasi bagi keluarga Tiongkok yang terkena dampak hilangnya Malaysia Airlines Penerbangan MH370 dibuka hampir sepuluh tahun setelah kejadian tersebut. Meskipun puing-puing ditemukan di Samudera Hindia, nasib 239 orang di dalamnya masih belum diketahui.
Lebih dari 40 keluarga telah mengajukan pengaduan terhadap Malaysia Airlines, Boeing, Rolls-Royce, dan Allianz, untuk meminta kompensasi dan jawaban. Kerabat Tiongkok telah menerbitkan surat terbuka yang mendesak penelitian lebih lanjut dan menyatakan kesiapan untuk mendanai upaya independen. Setiap keluarga menuntut kompensasi berkisar antara 10 hingga 80 juta yuan (1,3 hingga 10,2 juta euro), serta ganti rugi atas cedera moral.
(Susi Susanti)