Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Potret Toleransi 3 Umat Beragama di Satu Desa saat Ramadhan Tiba

Avirista Midaada , Jurnalis-Rabu, 13 Maret 2024 |11:39 WIB
Potret Toleransi 3 Umat Beragama di Satu Desa saat Ramadhan Tiba
Toleransi beragama di Lamongaan saat Bulan Ramdhan (Foto : MPI)
A
A
A

LAMONGAN - Suara adzan Maghrib memecah sore di awal Bulan Ramadhan dari sebuah masjid di Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. Sepintas suara adzan dan pemandangan sore ini seperti halnya di masjid-masjid lainnya.

Tapi toleransi, tenggang rasa, perbedaan menyatu dalam persatuan, ternyata terasa begitu besar di Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan ini, hingga kini warganya secara turun temurun menganut tiga agama berbeda. Mereka hidup rukun dan saling toleransi hingga dijuluki Desa Pancasila.

Suasana perbedaan kian terasa ketika ada berjalan tak jauh dari Madjid Miftakhul Huda ke arah barat, ditemukan sebuah pura tempat ibadah umat hindu. Sementara tepat di seberang lapangan depan masjid, sebuah Gereja Kristen Jawi (GKJ) berdiri tegak menghadap ke arah masjid.

Warga pun kerap saling membantu bergotong royong dalam urusan sosial. Saat momen berbuka puasa misalnya, takjil yang dihidangkan acap kali datang dari orang non muslim. Sering di antara mereka saling sapa dan tetap bersatu, kendati dalam perbedaan.

Hal ini tampak ketika juga dari interaksi antar anak-anak dan remaja di Desa Balun, yang sejak dini dididik untuk saling toleransi. Sore harinya sebelum berbuka puasa tak sedikit mereka yang bermain dan berinteraksi, tanpa memandang agamanya apa dan berasal dari mana.

Perbedaan yang bagi sebagian besar orang dianggap sensitif, sama sekali tidak membuat persatuan mereka hilang. Mereka merupakan pemeluk tiga agama berbeda yang dianut di desa ini. Mereka tampak tak canggung berinteraksi satu sama lainnya. Itulah yang menjadi sebagian kecil potret kehidupan bersama masyarakat Desa Balun yang dinobatkan sebagai 'Desa Pancasila' karena keberagaman masyarakatnya.

Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan terletak kurang lebih 1 kilometer dari Jalan Raya Babat - Surabaya tepatnya pada pertigaan sebelum RS Muhammadiyah Lamongan belok ke utara.

Desa yang memiliki sekitar 4.600 warga ini 75 persen warganya adalah penganut islam, 18 persen pemeluk agama kristen dengan jumlah 672 jiwa dan sisanya menjadi bagian dari agama hindu sebanyak 315 jiwa.

Ketiga agama tersebut hidup rukun berdampingan, bahkan ketiga tempat ibadah mereka berdekat. Masjid Miftakhul Huda yang menjadi tempat ibadah umat islam berdiri menghadap lapangan sepakbola, di seberang lapangan sepakbola desa setempat berdiri Gereja Kristen Jawi (GKJ) Desa Balun. Bahkan tepat di belakang masjid tersebut, sebuah pura yang menjadi tempat ibadah umat hindu warga Desa Balun dan sekitarnya.

Kepala Desa Balun Khusyairi mengungkapkan, suasana kebersamaan dan toleransi para warga desa sudah ada jauh sebelum dirinya menjabat kepala desa. Bahkan nilai-nilai toleransi sudah diwarisi secara turun temurun tanpa peduli itu apapun agamanya.

"Sama dengan daerah lain, agama di sini juga berkembang turun-temurun. Ada yang memeluk Islam, Kristen dan juga Hindu," ujar Khusyairi, ditemui di rumahnya.

Bahkan kata Khusyairi, ketika dinamika politik di Pemilu 2024 hingga berbagai peristiwa yang sempat menggoyang toleransi beragama di Jawa Timur, seperti ledakan bom di gereja Surabaya tak membuat warga hilang rasa toleransinya. Bahkan situasi ini kian terlihat ketika puasa seperti saat ini. Dimana toleransi begitu dijunjung tinggi.

"Jangan harap yang non islam akan terlihat merokok, atau makan di luar saat seperti ini. Merokok saja tidak, apalagi kok makan. Intinya ya mengerti-lah kalau saudara muslim sedang puasa," terangnya.

Sementara itu, Ketua Gereja Kristen Jawi (GKJ) Desa Balun, Sutrisno mengungkapkan, momentum bulan Ramadan seperti saat ini menjadi salah satu contoh bagaimana toleransi begitu tinggi di Balun. Makanya kendati ia tak berpuasa, ia sama sekali tak merokok bahkan menyembunyikan minuman di hadapan tamu yang muslim.

"Makanya kami menemui njenengan niki (kamu ini) kan ya tidak merokok meski biasanya ya jedal jedul (mengepul) rokok-nya, air putih juga saya masukkan. Karena saya tahu njenengan (kamu) sedang puasa," kata Sutrisno, yang kediamannya hanya berjarak 20 meter selatan Masjid Miftakhul Huda.

Kalau perayaan Hari Idul Fitri kat Sutrisno, pemeluk agama selain islam boleh bersilaturahmi ke pemeluk agama islam untuk mengucapkan Idul Fitri dan ber-halal bi halal. Begitu pun saat kaum kristiani merayakan hari raya natal, bila ada umat islam atau hindu yang mengucapkan juga tak masalah, tapi tidak juga tak membuat umat kristiani tersinggung.

Saat perayaan Hari Raya Nyepi umat Hindu, semua masyarakat pun turut mengedepankan toleransinya dengan tak sembarangan keluar rumah jika tak penting. Saat salat tarawih pertama yang bersamaan dengan Hari Raya Nyepi kata Ketua Takmir Madjid Miftakhul Huda Suwito, pengeras suara masjid pun tidak menggunakan qori atau pembacaan Alquran sebelum azan. Bahkan azan pun juga tak menggunakan pengeras suara.

"Di masjid lampu - lampu yang dekat pura di matikan. Saat salat tidak pakai qori' sebelum azan. Hanya azan yang pakai speaker. Kalau jumatan, khutbah tidak pakai pengeras suara," ujar Suwito.

Bahkan karena toleransinya, umat kristiani rela mengundurkan misa ibadah, bilamana umat islam atau umat hindu di saat bersamaan sedang menjalani proses ibadah penting mereka.

"Dulu pernah waktu Natal bersamaan dengan Idul Fitri atau Idul Adha kalau tidak salah. Nah karena umat islam ibadahnya ditentukan waktu, jadi kami umat kristen bisa menyesuaikan. Kita undur misa setelah umat islam selesai salat Ied," tutur Sutrisno.

Menurut Sutrisno, umat kristiani tak mempermasalahkan hal tersebut. Bahkan tak jarang di ibadah petang, bila bersamaan dengan jadwal salat maghrib maka ibadah diundur setelah salat maghrib selesai jam 18.30 WIB.

"Begitupun kalau muslim kalau kita sedang ada ibadah bersamaan dengan salah satu waktu salat lima waktu misalkan. Ya mereka tidak pakai qori' dan langsung adzan menggunakan pengeras suara," tandasnya.

(Angkasa Yudhistira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement