“Orang-orang yang berada di kapal dalam keadaan kesusahan, tersesat di laut selama hampir seminggu, kehabisan air dan makanan dengan sangat cepat, menurut para penyintas,” kata juru bicara SOS Méditerranée di atas kapal.
"Orang-orang meninggal dalam perjalanan. Saya bertemu dengan seorang pria yang kehilangan istri dan bayinya yang berusia satu setengah tahun. Bayinya meninggal pada hari pertama, ibunya meninggal pada hari keempat. Mereka berasal dari Senegal dan berada di Libya selama lebih dari dua tahun,” lanjutnya.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan pekan lalu bahwa tahun 2023 adalah tahun paling mematikan bagi para migran sejak pencatatan dimulai satu dekade lalu, dengan setidaknya 8.565 orang meninggal dalam jalur migrasi di seluruh dunia.
Badan PBB tersebut mengatakan angka tersebut meningkat 20% dibandingkan tahun sebelumnya.
Laporannya menemukan bahwa penyeberangan Mediterania terus menjadi perjalanan paling berbahaya, dengan setidaknya 3.129 kematian dan orang hilang selama 2023. Ini menjadi jumlah korban tertinggi sejak 2017.
(Susi Susanti)