Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Wangi Coto Makassar dan Semangat Toleransi Harumkan Nama Indonesia di Lincoln Selandia Baru

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis-Minggu, 31 Maret 2024 |19:08 WIB
   Wangi Coto Makassar dan Semangat Toleransi Harumkan Nama Indonesia di Lincoln Selandia Baru
Coto Makassar jadi salah satu menu bukber di LUMA (Foto: PPI Selandia Baru)
A
A
A

LINCOLN – Sebagai negara dengan penduduk muslim yang termasuk minoritas, pelaksanaan puasa Ramadhan di Selandia Baru menjadi hal yang berkesan bagi umat muslim Indonesia yang berada jauh dari Tanah Air.

Salah satu kegiatan tahunan yang diikuti para pelajar Indonesia di Selandia baru antara lain Iftar Lincoln University Muslim Association (LUMA), yang juga diikuti umat muslim di Lincoln, Christchurch, dan sekitarnya.

Iftar LUMA merupakan rangkaian kegiatan berbuka puasa lengkap dengan sholat maghrib dan tarawih berjamaah yang diadakan para pelajar dari berbagai negara di Lincoln University, di mana diselenggarakan setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu sepanjang bulan Ramadhan.

 BACA JUGA:

Pada Ramadhan tahun ini, para pelajar Indonesia yang juga tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Selandia Baru bersama sama dengan diaspora Indonesia yang telah menetap di Selandia baru membawa aneka kudapan otentik Tanah Air untuk disajikan kepada lebih dari 150 umat muslim yang hadir dari berbagai negara.

Beberapa menu khas Indonesia yang dibawa masyarakat Indonesia dimana turut menuai kekaguman dari peserta internasional yang hadir antara lain Coto Makassar, Bubur Sumsum, Asinan Betawi, Martabak Manis, Risoles Kampung, hingga Bakso Bakar Malang.

Dalam kegiatan ini, seluruh panitia memakai batik untuk menunjukan identitas dan kebanggaan sebagai orang Indonesia, serta menunjukkan kuatnya semangat toleransi antar keyakinan yang diperlihatkan oleh para pelajar Indonesia.

 BACA JUGA:

Presidium PPI Canterbury Selandia Baru untuk Lincoln University, Adrian Nathanael Mochtar, merupakan salah satu pelajar nonmuslim pada panitia inti, mengawal rangkaian acara meskipun tengah sibuk mempersiapkan Misa Paskah keesokan harinya.

“Pelaksanaan Iftar LUMA kali ini sangat berkesan, karena bagi kami yang tidak melaksanakan ibadah puasa bersama teman-teman muslim, dapat merasakan hangatnya kebersamaan saling membantu dan membawa nama baik Indonesia di negeri kiwi,” kata pelajar asal Surabaya yang turut mengoordinir rekan non-muslim lain sebagai panitia acara ini.

Salah satu menu andalan yang menuai pujian dari jamaah negara lain adalah Coto Makassar. Siti Aminah Wilson yang dipercaya para pelajar untuk menyajikan Coto Makassar sebagai hidangan utama turut menyampaikan rasa bangga sekaligus haru karena bisa membawa masakan ikonis asal Sulawesi di dalam acara ini.

“Berawal dari perbincangan iseng dengan para pelajar dan masyarakat Indonesia disini, pada akhirnya saya bangga karena bisa menghadirkan Coto Makassar yang alhamdulillah disukai oleh umat dari berbagai negara yang hadir”, ujar Siti yang menghabiskan lebih dari 40 kilogram daging, hati, dan babat sapi dalam membuat hidangan ini.

Senada dengan Siti, Nina Rusmini yang merupakan tokoh masyarakat di Canterbury turut hadir dalam acara ini dengan menghidangkan es cendol sebagai penyegar para umat lintas bangsa yang hadir dari Malaysia, Pakistan, India, Jordania, hingga warga lokal Selandia Baru.

“Kebanggaan bagi saya bisa memperkenalkan es cendol kepada masyarakat Lincoln, dimana hal ini turut mengingatkan saya kala mencari takjil serupa menjelang berbuka di Indonesia”, ujar Nina yang telah tinggal di Selandia Baru lebih dari seperempat abad.

Radya Mahardika, mahasiswa S2 di Lincoln University sekaligus penanggungjawab utama kegiatan ini menyampaikan bahwa aneka ragam kuliner Indonesia yang disajikan diharapkan dapat mengobati kerinduan atas suasana berpuasa di kampung halaman serta membuka wawasan masyarakat lokal Selandia Baru sehingga dapat dengan mudah menerima masuknya kuliner asli Indonesia di masa mendatang.

“Langkah kecil yang dilakukan para pelajar Indonesia di Selandia Baru ini saya harap dapat menginsipirasi para diaspora di negara lain untuk melakukan diplomasi serupa, sehingga dapat membantu meningkatkan kesadaran warga lokal atas potensi kuliner maupun produk Indonesia”, pungkas pelajar yang juga merupakan Direktur Inbis PPI Dunia 2023/2024.

(Fakhrizal Fakhri )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement