JAKARTA- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperkirakan periode mudik dan Lebaran 2024 berpotensi menghasilkan sampah hingga 58 ribu ton.
Oleh karena itu, setiap kepala daerah diimbau untuk memperkuat partisipasi publik dalam mengurangi sampah melalui pelaksanaan program Mudik dan Lebaran Minim Sampah.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, hasil survei angkutan Lebaran 2024 menunjukkan terdapat sekitar 193,6 juta orang yang akan melakukan mudik tahun ini. Mayoritas pemudik melakukan perjalanan dari Jakarta menuju sejumlah daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
”Potensi timbulan sampah yang dihasilkan ini mencapai 58 juta kilogram atau 58.000 ton. Potensi ini dihitung atau diperkirakan untuk jangka waktu dua minggu dari arus mudik hingga arus balik,” ujar Rosa Vivien Ratnawati, dikutip Senin (8/4/2024).
Dalam momen Ramadhan 2024, setiap produsen makanan skala rumah tangga setidaknya akan menghasilkan jutaan jejak karbon berupa sampah organik berupa “food waste” serta sampah anorganik berupa “air minum dalam kemasan”.
Apresiasi penghargaan dari Wali Kota Bekasi Tri Adhianto ke Imam Pesuwaryantoro
Penanganan sampah di bulan Ramadhan perlu dilakukan secara cermat dengan memilah sampah sesuai jenis. Untuk penanganan sampah makanan biasakan untuk dipilah melalui trashbag warna kuning (opsional). Sedangkan untuk sampah anorganik seperti air minum dalam kemasan bisa disetorkan langsung ke RVM / Dropbox Plasticpay atau Bank Sampah RT RW terdekat.
Pemilahan sampah organik yang optimal menjadikan opsi untuk dijadikan material berupa absorbent seperti kandungan sintesis organik berupa senyawa silika yang dapat di-dopped dengan materi zeolit. Material silika yg berhasil di-dopped dengan materi zeolit akan dikreasikan menjadi penyerap emisi gas buang pada kendaraan bermotor seperti mobil, motor dan public transport.
Tidak hanya itu, Prototipe Internet of Things (IoT) yang dikombinasikan pada materi absorbent silika dopped zeolit bisa menjadi opsi dan alternatif sebagai metodologi dalam pengukuran berapa banyak jejak karbon yang berhasil dikurangi.
Disisi lain, Prototipe Solusi end-to-end Program Carbon Neutral dapat dielaborasi dengan menciptakan Movement berupa Program Ekonomi Sirkular melalui Pemilahan Sampah di rumah.
Pasangan Aktivis Lingkungan Imam Pesuwaryantoro dan Anjar Ningtias menciptakan Eco-Urban Farming Solusi Food Estate Skala Rumah Tangga seperti menggunakan Pupuk Kompos dari TPA Bantar Gebang, Bekasi dengan komposisi Maggot 3 kg , bioaktivator EM4 60 ml, air bersih secukupnya.
Adapun metode pembuatannya terbilang sangat mudah dan dapat diimplementasi skala rumah tangga diantara lain: limbah organik food waste serta maggot dimasukkan kedalam ember, gula merah dan bio aktivator berupa EM4 dilarutkan kedalam air bersih secukupnya.
“Larutan gula merah dan EM4 dimasukkan ke dalam ember yang berisikan food waste serta maggot pada ember yang sudah diaduk,” ujar Imam.
Setelah itu diaduk semua bahan campuran hingga merata. Pengadukan dilakukan secara 1 hari sekali selama 14 sd 28 hari dengan indikasi keberhasilan yaitu pupuk seperti tanah dan berwarna coklat.
Implementasi pupuk kompos yang berasal dari produksi sampah rumahan setidaknya bisa ikut andil mengurangi jejak karbon dari terbuangnya sampah warga DKI Jakarta ke TPA Bantar Gebang Bekasi.
“Tidak hanya itu saja, area perkarangan rumah sekitar bisa jadi solusi alternatif media tanam tumbuhnya tumbuhan produktif seperti cabai rawit, kol serta aneka tumbuhan makanan lainnya,” ungkapnya.
Dikatakannya, kebijakan manajemen sampah berbasis carbon neutral perlu didukung melalui Law Enforcement berupa skema insentif dan punishment.
“Karena manajemen sampah yang optimal dimulai dengan pemilahan sampah yang teratur di level RT dan RW hingga peran pemerintah agar bertindak tegas dalam menjalankan skema insentif dan punishment bagi seluruh stakeholders yang telah berkomitmen melakukan gaya hidup pilah sampah dari rumah hingga menjalankan Program Ekonomi Sirkular,” ulasnya..
“Oleh karena itu, mari bijak kelola sampah dari rumah dengan memilah sampah untuk terciptanya akselerasi Indonesia net zero emission 2050 dan Indonesia emas 2045,” tutup Imam.
(Fahmi Firdaus )