Perihal batu ini semasa Pajajaran sejak Prabu Siliwangi memang difungsikan sebagai tempat duduk, saat dinobatkan sebagai raja Pajajaran. Batu berukuran panjang 200 sentimeter, lebar 160 sentimeter, dan 20 sentimeter dari tingginya dibawa ke Banten. Pemindahan batu ini karena budaya politik pada waktu itu mengharuskan melakukan cara demikian.
Pemindahan batu ini membuat tak ada lagi penobatan raja baru di Pajajaran. Selain itu pemindahan itu sengaja dilakukan oleh Banten guna memperkuat legitimasi Sultan Banten Maulana Yusuf, yang menahbiskan menjadi penerus kekuasaan Pajajaran yang sah.
Apalagi buyut perempuan Maulana Yusuf adalah putri dari Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi. Sementara itu di sisi lain, seluruh atribut dan perangkat Kerajaan Pajajaran secara resmi telah diserahkan kepada Kerajaan Sumedang Larang, melalui empat Kandaga Lante.
Palangka Sriman Sriwacana sendiri saat ini berada di depan keraton Surawosan di Banten. Karena wujudnya yang mengkilap, dan berbeda dengan batu lainnya, banyak orang Banten menyebutnya watu gigilang. Istilah gigilang artinya berseri atau mengkilap, sama dengan arti kata sriman.
(Awaludin)