Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

ASEAN Rumah Agama Besar di Dunia, Pentingnya Pahami Literasi Keagamaan

Susi Susanti , Jurnalis-Jum'at, 12 Juli 2024 |17:07 WIB
ASEAN Rumah Agama Besar di Dunia, Pentingnya Pahami Literasi Keagamaan
ASEAN rumah agama besar di dunia, pentingnya pahami literasi keagamaan (Foto: Okezone)
A
A
A

Cegah Kesalahpahaman

Monica mengatakan banyak konflik di negara-negara ASEAN yang bernuansa agama. Itu sebabnya, literasi keagamaan akan membekali individu dan masyarakat dengan pengetahuan yang bisa mencegah kesalahpahaman terekskalasi menjadi konflik. Tidak hanya itu, literasi keagamaan memastikan bahwa hukum dan peraturan peka terhadap keragaman agama.

Menurut Monica, literasi keagamaan memberdayakan individu-individu di negara-negara ASEAN untuk terlibat secara bermakna satu sama lain. Pemberdayaan ini mengarah pada ikatan komunitas yang lebih kuat dan upaya kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Di sisi lain, literasi keagamaan bisa membentuk identitas regional karena adanya pengembangan pemahaman bersama tentang keragaman agama yang berkontribusi merawat pluralisme, persatuan, dan solidaritas dalam komunitas ASEAN.

“Dalam upaya kita untuk mewujudkan masyarakat ASEAN yang inklusif, literasi keagamaan berperan sebagai katalisator untuk dialog dan kolaborasi. Literasi keagamaan memungkinkan kita untuk melampaui stereotip dan kesalahpahaman, menumbuhkan iklim di mana setiap individu merasa dihargai dan dimengerti,” kata Monica.

Wakil Indonesia untuk Komisi HAM Antarpemerintah ASEAN (AICHR), Yuyun Wahyuningrum, mengatakan negara-negara anggota ASEAN percaya bahwa komunitas regional akan tercapai bukan ketika keragaman agama dan kepercayaan ditolak atau dilebur menjadi satu kesatuan, melainkan ketika keragaman tersebut ditegaskan dan dikelola bersama. Dengan demikian, ASEAN harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan dialog, pertukaran pandangan, meningkatkan pemahaman diantara masyarakatnya.

“Namun demikian, seperti yang kita amati, kita menghadapi banyak tantangan. Kami juga masih mengamati intoleransi, stereotip negatif dan stigmatisasi terhadap seseorang atas dasar agama dan kepercayaan sering dilakukan oleh aktor negara maupun non-negara,” kata Yuyun.

Menurut Yuyun, sering kali kejadian-kejadian yang berkaitan dengan intoleransi dan stigmatisasi agama/kepercayaan disebabkan kurangnya pemahaman dan kesadaran akan ajaran agama lain, sehingga tumbuh prasangka.

“LKLB merupakan salah satu pendekatan yang bermanfaat dan sesuai dengan situasi dan konteks Asia Tenggara. Pendekatan ini menyatukan pemikiran, tindakan dan kemampuan untuk bekerja sama dari berbagai agama dan kepercayaan di kawasan ini, sehingga ASEAN bisa mencapai tujuannya untuk menghasilkan komunitas kohesif yang menghormati HAM,” katanya.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement