NEW YORK – Senator James David Vance atau biasa disapa JD Vance dari Ohio, tidak akan pernah menduga jika dirinya bisa bersanding menjadi wakil presiden Donald Trump. Alasannya cukup jelas. Yakni pada 2016, Vance menyebut tidak pernah suka terhadap Trump.
Bahkan dia menyebut Trump sebagai sosok yang berbahaya dan tidak layak untuk menjabat sebagai presiden AS.
Menurut sebuah laporan, dia juga sebelumnya menyebut miliarder itu sebagai idiot, berbahaya, dan tercela. Tak hanya itu, dia juga mengungkapkan kekhawatiran jika Trump adalah ‘Hitlernya Amerika’.
Namun saat Vance bertemu Trump pada tahun 2021, dia mengubah pendapatnya dan mendewakan pencapaian Trump sebagai presiden. Keduanya meremehkan kritik pedas Vance di masa lalu.
Setelah terpilih, Vance menjadi sekutu kuat Trump di Capitol Hill yang tak henti-hentinya membela kebijakan dan perilaku Trump.
Ia juga merupakan salah satu pendukung Trump yang paling gigih, terutama dalam berbagai perjuangannya di pengadilan pidana dan perdata.
“Pemerintahan Biden ingin Trump mati di penjara dan mereka ingin membuat keluarganya bangkrut. Ini adalah serangan terbesar terhadap demokrasi yang pernah kami lihat,” katanya dalam postingan bulan Maret di X.
"Jika Anda terlalu pengecut untuk mengungkapkannya, Anda belum siap menghadapi momen politik Amerika saat ini,” lanjutnya.
Dalam komunikasi pertamanya dengan para pendukungnya setelah pencalonannya pada Senin (15/7/2024), Vance mengirimkan email penggalangan dana dan mengatakan dalam pesan yang ditujukan kepada Trump.
"Selama Anda menjabat, Amerika berada dalam kondisi terbaiknya. Perekonomian kami berkembang pesat, perbatasan kami terkendali, kota-kota kami aman dan kami dihormati di luar negeri. Sebagai wakil presiden Anda, saya akan setia berada di sisi Anda dan menjadikan negara kami hebat kembali,” tulisnya.
Vance yang dulunya merupakan tipe orang yang ramah dan kutu buku, mendadak berubah menjadi menjadi tipe pejuang bagi Trump di acara TV pada Minggu (14/7/2024).
Evolusinya mencerminkan penyesuaian yang lebih luas dalam gerakan konservatif, ketika Trump memperketat cengkeramannya pada partai tersebut, memperbolehkan sedikit perbedaan pendapat dari para kritikus dan mengakhiri karier para anggota Partai Republik yang mengkritiknya di depan umum.
Selaras dengan gerakan America First yang diusung Trump dalam isu-isu seperti reformasi imigrasi, proteksionisme ekonomi, dan konservatisme budaya, Vance telah mengadopsi gaya konfrontatif mantan presiden tersebut.
Namun ia lebih condong ke sayap kanan dalam banyak isu termasuk aborsi, di mana ia menganut seruan undang-undang federal dan menentang perlunya pengecualian terhadap pelarangan pemerkosaan dan inses.
Politico menyatakan dalam profil 7.000 kata pada Maret bahwa Vance telah menjadi tokoh dari apa yang disebutnya “Kanan Baru”, yakni kaum muda konservatif yang mencoba membawa gerakan America First yang isolasionis dan anti-imigrasi Trump ke arah yang lebih radikal.
“Tidak seperti pengikut Trump yang lebih konvensional dari Partai Republik, kelompok Kanan Baru Vance melihat Trump hanya sebagai langkah pertama dalam revolusi populis-nasionalis yang lebih luas yang telah membentuk kembali sayap kanan Amerika,” katanya.
“Dan jika mereka berhasil, maka hal itu akan segera membentuk kembali Amerika secara keseluruhan,” lanjutnya.
(Susi Susanti)