HARI ini 18 tahun lalu, pesisir selatan Pulau Jawa disapu tsunami dahsyat yang muncul "tiba-tiba" setelah gempa yang tak begitu kuat terasa. Ini salah satu bencana terburuk di Indonesia karena merenggut banyak nyawa.
Gempa 7,7 pada skala magnitudo disusul gelombang tsunami menerjang pesisir Jawa pada Minggu 17 Juli 2006 sore. Tercatat ada 668 korban tewas, 9.299 orang luka-luka, dan 65 orang hilang sampai sekarang.
Gempa yang berpusat di Samudera Hindia atau sekitar 225 kilometer arah barat daya Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat itu sebenarnya guncangannya dalam intensitas sedang, sehingga tidak menimbulkan kerusakan di darat.
BACA JUGA:
Tapi, tsunami yang datang sekitar 15 sampai 20 menit setelah gempa sore itu meluluhlantakkan bangunan-bangunan yang ada di sepanjang pesisir Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, hingga Jawa Timur.
Tsunami ini memang lambat terdeteksi, meski Pusat Peringatan Dini Tsunami Pasifik (PTWC) dan Badan Meteorologi Jepang (JMA). Hampir tak ada informasi ke masyarakat saat itu sehingga warga banyak yang tak sempat menyelamatkan diri dan banyak jatuh korban jiwa. Itulah sebab bencana ini dikenal juga dengan silent tsunami.
BNPB mencatat 1.777 rumah rusak berat akibat gelombang pembunuh. Kemudian 585 rumah rusak ringan, dan bangunan fasilitas umum yang rusak 43 unit.
BNPB mengungkapkan bahwa tsunami di Pangandaran pada 2006 termasuk unik karena gempanya tidak begitu dirasakan masyarakatan.
BACA JUGA:
“Tsunami di Pangandaran ini cukup unik karena gempanya tidak dirasakan oleh masyarakat,” kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari pada konferensi pers secara virtual, Senin 8 Agustus 2022.
"Gempa ini tidak berasa, sehingga ini menjadi kewaspadaan masyarakat, masyarakat pada saat itu tidak aware, tidak tahu bahwa tsunami akan datang, sehingga itu cukup banyak korban.”
(Salman Mardira)