WASHINGTON - Iran dan proksinya di Lebanon, Gaza, dan Yaman dapat menyerang Israel paling cepat pada Senin, (5/8/2024) untuk membalas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, menurut laporan Axios. Kekhwatiran akan meluasnya krisis Timur Tengah juga telah membawa Jenderal Michael Kurilla, pejabat senior pertahanan Amerika Serikat (AS), ke Tel Aviv.
Tiga pejabat Amerika dan Israel mengatakan kepada media AS Axios bahwa mereka memperkirakan Iran akan menyerang Israel paling cepat pada Senin.
Washington juga percaya bahwa meskipun pembalasan Iran akan serupa dengan serangan 13 April, namun kemungkinan cakupannya lebih besar dan melibatkan Hizbullah di Lebanon. Pada Minggu, (4/8/2024) Hizbullah menembakkan lebih dari 50 roket Katyusha ke Israel utara. Meskipun banyak proyektil yang dicegat oleh sistem Iron Dome, beberapa dampak diketahui, terutama di wilayah Beit Hillel.
Meskipun Israel belum mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh atau komandan militer Hizbullah Fuad Shukr, jenderal AS yang bertanggung jawab atas pasukan Amerika di Timur Tengah tiba di Tel Aviv pada Sabtu, (3/8/2024) dalam upaya untuk mengawasi persiapan dan memobilisasi koalisi regional yang melihatnya membela Israel terhadap serangan dari Iran pada 13 April, tambah Axios.
Jenderal Kurilla juga diharapkan untuk mengunjungi beberapa negara Teluk, termasuk Yordania.
Selama serangan Iran pada 13 April, Yordania memainkan peran penting dengan mencegat pesawat nirawak Iran yang menuju Israel yang memasuki wilayah mereka. Yordania juga mengizinkan jet AS dan Israel untuk menggunakan wilayah udara mereka untuk mencegat pesawat nirawak Iran.
AS telah memobilisasi pasukannya di dekat wilayah tersebut dengan mengerahkan lebih banyak pesawat tempur dan kapal perang, sebuah langkah yang bertujuan untuk menghalangi Iran dan memengaruhi rencana militer mereka terhadap Israel.
Iran dan proksinya masih berupaya menyelesaikan rencana militer mereka dan menyetujuinya di tingkat politik, menurut laporan.
Iran telah menjelaskan bahwa mereka memperkirakan Hizbullah akan menyerang lebih dalam ke Israel, termasuk target sipil.
Seorang juru bicara Misi Tetap Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan kepada CBS bahwa hingga saat ini meskipun Hizbullah mengikuti kesepakatan tidak tertulis dengan Israel bahwa mereka hanya akan menargetkan sasaran militer dan zona dangkal, keadaan telah berubah.
"Namun, serangan rezim (Israel) terhadap (lingkungan) Dahieh di Beirut dan penargetan bangunan tempat tinggal menandai penyimpangan dari batas-batas ini. Kami mengantisipasi bahwa, dalam tanggapannya, Hizbullah akan memilih target yang lebih luas dan lebih dalam, dan tidak akan membatasi dirinya hanya pada target dan sarana militer," kata juru bicara tersebut.
(Rahman Asmardika)