Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Apakah Iran Berani Balas Menyerang Israel? Balas Dendam Pembunuhan Pemimpin Hamas

Relita Rahel Kristiyanto , Jurnalis-Selasa, 06 Agustus 2024 |15:30 WIB
Apakah Iran Berani Balas Menyerang Israel? Balas Dendam Pembunuhan Pemimpin Hamas
AS telah memperingatkan bahwa Iran dan Hizbullah mungkin akan menyerang Israel dalam 24 hingga 48 jam ke depan (Foto: AP)
A
A
A

NEW YORK - Menteri Luar Negeri Amerika Seikat (AS) Antony Blinken telah memperingatkan bahwa Iran dan Hizbullah mungkin akan menyerang Israel dalam 24 hingga 48 jam ke depan. Serangan ini terkait dengan pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan pemimpin Hizbullah Fuad Shakur.

Dikutip dari Al Jazeera, laporan yang belum dikonfirmasi dari publikasi AS Axios dirilis pada hari Senin (05/08/2024), karena kekhawatiran akan perang regional di Timur Tengah meningkat. Iran dan Hizbullah telah berjanji untuk membalas pembunuhan para pemimpin tinggi Hamas dan Hizbullah pada Minggu lalu (04/08/2024).

Mengutip tiga sumber yang tidak disebutkan namanya, Axios melaporkan bahwa Blinken memberi tahu rekan-rekannya di G7 dalam panggilan konferensi bahwa Iran dan Hizbullah dapat melancarkan serangan terhadap Israel paling cepat pada hari Senin (05/08/2024).

"Sumber-sumber tersebut mengatakan Blinken menekankan bahwa AS yakin Iran dan Hizbullah akan membalas," tulis Axios, seraya menambahkan bahwa Washington tidak tahu waktu pasti serangan atau bentuk apa yang akan diambil.

Blinken memberi tahu mitranya di G7 bahwa Amerika Serikat berharap untuk menghentikan eskalasi dengan membujuk Iran dan Hizbullah untuk membatasi serangan mereka dan menahan segala tanggapan Israel. Ia meminta menteri luar negeri lainnya untuk bergabung dalam upaya itu dengan memberikan tekanan diplomatik pada ketiganya.

G7, yang juga mencakup Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Inggris, mengeluarkan pernyataan pada hari Senin (05/08/2024) yang menyatakan kekhawatiran mendalam atas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, dan menyerukan agar semua pihak menahan diri, dengan menegaskan bahwa tidak ada negara atau bangsa yang akan memperoleh keuntungan dari eskalasi lebih lanjut.

Segera setelah pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pada tanggal 31 Juli, AS mengirim pasukan militer tambahan ke Timur Tengah untuk mengantisipasi serangan balasan. AS menegaskan bahwa pengerahan pasukan tersebut bersifat defensif.

 

Kepala Komando Pusat AS, Jenderal Michael Kurilla, dilaporkan akan tiba di Israel untuk menyelesaikan persiapan dengan tentara Israel menjelang kemungkinan serangan, Axios melaporkan.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengeluarkan peringatan, dengan mengatakan "Jika mereka berani menyerang kita, mereka akan membayar harga yang mahal."

Perang yang berlangsung hampir 10 bulan di Gaza antara Israel dan Hamas telah menyebabkan permusuhan tingkat rendah antara Israel dan Iran dan Hizbullah, serta kelompok lain di wilayah tersebut yang bersekutu dengan Teheran.

Secara luas diperkirakan bahwa tidak ada pihak yang siap untuk perang habis-habisan, tetapi ketegangan yang meningkat berarti risiko terjadinya konflik besar-besaran menjadi tinggi. Daftar negara yang menyarankan warganya untuk segera meninggalkan Lebanon terus bertambah, menyusul peringatan dari AS dan banyak pemerintah Eropa.

Jepang, Arab Saudi, dan Prancis termasuk di antara negara-negara terbaru yang mendesak warganya untuk meninggalkan negara itu sementara penerbangan komersial masih beroperasi. Dalam konteks keamanan yang sangat tidak stabil, Kementerian Luar Negeri Prancis dengan segera meminta warganya untuk menghindari perjalanan ke Lebanon dan menyarankan mereka yang sudah berada di negara itu untuk meninggalkan negara itu secepat mungkin.
 

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement