Hanya dua kandidat yang diberi wewenang untuk maju melawannya dari delapan pelamar dengan beberapa kritikus terkemuka Kagame dilarang.
Pemimpin Partai Hijau Demokrat Frank Habineza menduduki posisi kedua dengan 0,5 persen suara melawan 0,32 persen untuk kandidat independen Philippe Mpayimana.
Kagame dianggap berjasa membangun kembali negara yang hancur setelah genosida ketika anggota mayoritas Hutu melancarkan serangan selama 100 hari yang menargetkan minoritas Tutsi, menewaskan sekitar 800.000 orang, terutama Tutsi tetapi juga Hutu moderat.
Namun aktivis hak asasi manusia dan penentang mengatakan Kagame berkuasa dalam iklim ketakutan, menghancurkan setiap perbedaan pendapat dengan intimidasi, penahanan sewenang-wenang, pembunuhan, dan penghilangan paksa.
Kigali juga dituduh memicu ketidakstabilan di bagian timur negara tetangganya yang jauh lebih besar, Republik Demokratik Kongo (DRC).
(Susi Susanti)