HAITI - Konflik, krisis iklim, dan guncangan ekonomi terus mendorong semakin banyak masyarakat di seluruh dunia ke dalam krisis kelaparan. Pemerintah di seluruh dunia tengah berjuang untuk melindungi rakyatnya yang paling rentan akibat tingginya tingkat utang.
Dikutip dari Actions Against Hunger, di banyak negara, melonjaknya harga barang-barang seperti makanan, energi, dan transportasi, serta melemahnya mata uang, kemungkinan akan memperburuk situasi.
Berikut adalah 5 negara yang paling banyak mengalami kelaparan di dunia dilansir berbagai sumber:
1. Haiti
Meningkatnya kekerasan, lambatnya transisi ke kepemimpinan baru, dan krisis ekonomi yang berkepanjangan membuat Haiti masuk dalam daftar negara dengan kekhawatiran tertinggi akan kelaparan.
Curah hujan ekstrem yang diprediksi, meningkatnya badai, dan suhu tinggi diperkirakan akan memperburuk tingkat kekurangan gizi yang sudah kritis yang berpotensi menimbulkan bencana.
Curah hujan di atas rata-rata diperkirakan terjadi pada bulan April hingga Juni 2024, yang meningkatkan risiko banjir. Dan suhu tinggi yang diperkirakan berarti kemungkinan akan ada lebih banyak serangan hama yang dapat merusak tanaman yang berharga.
2. Mali
Sejak Desember 2023, 354.000 orang telah meninggalkan rumah mereka di Mali. Konflik yang sedang berlangsung berarti lebih banyak orang kemungkinan akan mengungsi.
Kelompok-kelompok kekerasan terus membuat blokade, yang berarti makanan tidak dapat diangkut ke pasar-pasar lokal dan bantuan tidak dapat menjangkau mereka yang membutuhkannya.
Semakin banyak orang menghadapi tingkat ketahanan pangan yang kritis. Dan, pada tahun 2024, lebih dari 1,4 juta anak diproyeksikan akan mengalami kekurangan gizi akut.
3. Sudan Selatan
Antara April dan Juli 2024, 79.000 orang diprediksi akan menghadapi tingkat kerawanan pangan akut yang sangat parah, jumlah ini hampir dua kali lipat jumlah orang dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023. Dan pada bulan Juni 2024, lebih dari 1,6 juta anak di bawah usia 5 tahun dan 870.000 ibu hamil dan menyusui diproyeksikan akan mengalami kekurangan gizi akut.
Sekitar 820.000 orang diperkirakan akan memasuki Sudan Selatan pada akhir tahun. Ini termasuk 447.000 pengungsi yang pulang dari Sudan. Masyarakat yang ada sudah berjuang untuk mendapatkan cukup makanan untuk bertahan hidup karena produksi makanan yang tidak mencukupi dan harga yang tinggi. Kurangnya sumber daya untuk mendukung meningkatnya jumlah pengungsi yang kembali dari Sudan diperkirakan akan menyebabkan kerawanan pangan di Sudan Selatan.