Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Keangkuhan Raja Kediri Kertajaya Tega Bunuh Orang Tanpa Bersalah hingga Mengaku Jadi Tuhan 

Avirista Midaada , Jurnalis-Rabu, 28 Agustus 2024 |06:14 WIB
Keangkuhan Raja Kediri Kertajaya Tega Bunuh Orang Tanpa Bersalah hingga Mengaku Jadi Tuhan 
Ilustrasi (Foto: istimewa/Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Kertajaya, Raja Kediri terakhir itu konon memerintah dengan kontroversinya. Ia dikenal arogan dan suka menindas rakyat, dan menyingkirkan beberapa orang yang tak sepemahaman dengannya. Bergelar Sri Maharaja Sri Sarweswara Triwikramawatara Anindita Srenggalancana Digjaya Uttunggadewa, bahkan konon pernah mengaku sebagai Tuhan yang meminta disembah oleh rakyatnya.

Keputusan itu tentu menimbulkan pergolakan dengan tokoh agama kala itu. Terlebih kesaktian sang raja konon membuatnya buta, dan sewenang-wenang. Sang raja memang konon memiliki kesaktian bisa duduk di atas tombak tajam, namun tak terluka, hingga menganggap layak disembah.

"Keinginan ini akhirnya memicu konflik dengan kalangan kaum Brahmana, sebab dalam tradisi Hindu, kaum brahmana merupakan kasta tertinggi," demikian dikutip dari buku "Kerajaan Kediri atau Panjalu : Sistem Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya", karya Tanaya Yuka, Dieta Lebe Ravando, dan Iqra R serta sejumlah sumber lainnya.

Sementara kaum ksatria seperti seperti pejabat istana, termasuk raja, merupakan kasta yang ada di bawah kaum brahmana. Pertentangan kian meruncing lantaran Kertajaya akhirnya menyiksa beberapa kaum brahmana dan orang - orang yang tak sepaham dengan dirinya. Penolakan dari kaum brahmana kian kencang, meski Raja Kertajaya sendiri dikisahkan telah memperlihatkan kesaktiannya kepada kaum brahmana. 

Beberapa orang yang tak mengakui ketuhanan Kertajaya terpaksa disiksa dengan kejam hingga akhirnya mati. Sementara bagi yang mengakui ketuhanannya akan dibebaskan, dari segala hukuman dan diberikan kedudukan terhormat. Tapi karena etika dan keserakahannya membuat Kertajaya terus mendapat penolakan dari para kaum brahmana. 

Para kaum brahmana memilih meninggalkan  ibu Kota Kerajaan Kediri, mereka menyingkir sambil terus berdakwah akan kesesatan Kertajaya, kepada seluruh rakyat kerajaan yang ditemuinya. Oleh karenanya, selain menistakan kaum brahmana, keinginan Raja Kertajaya itu oleh para pendeta Hindu maupun Buddha, dipandang sebagai penghinaan terhadap nilai - nilai agama. 

 

Disebutkan tidak ada dasarnya seorang agamawan atau pendeta harus tunduk apalagi menyembah - nyembah seorang raja, yang merupakan kaum ksatria. Sebab itu di masa kepimpinan Raja Kertajaya, kaum brahmana dan kaum ksatria kerap kali mengalami ketegangan dan timbul pemberontakan besar yang dipimpin oleh Ken Arok. 

Dikisahkan bahwa Ken Arok sendiri merupakan senjata utama kaum brahmana untuk menghancurkan kaum ksatria yang diwakili oleh Kertajaya dan Tunggul Ametung. Para brahmana menganugerahi gelar Ken Arok dengan gelar Bhatara Guru". Mulai setelah itu, Ken Arok ditetapkan oleh para Brahmana sebagai perwujudan atau titisan seorang Dewa. 

Pemberian Gelar Bhatara Guru adalah upaya pemberian kepercayaan kepada Ken Arok, karena pada waktu itu Raja Kertajaya sesumbar jika dirinya hanya bisa dikalahkan oleh Dewa Siwa. Sebagaimana diketahui bahwa Bhatara Guru merupakan nama lain dari Dewa Siwa. Oleh karena itulah para Brahmana memberikan gelar Bhatara Guru kepada Ken Arok.
 

(Fakhrizal Fakhri )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement