Korban sebagian besar adalah wanita dan gadis muda, termasuk siswa, guru, dan tentara. Tahun lalu hampir dua per tiganya berusia remaja. Laporan media lokal mengatakan, para pelaku juga sering kali di bawah umur. Menurut Yoonhap, dari seluruh pelaku yang ditahan hingga September 2024, 79 persen di antaranya adalah remaja.
Skala masalah ini telah mengejutkan banyak warga Korea Selatan. Satu ruang obrolan Telegram yang dikenal karena membuat dan mendistribusikan pornografi deepfake dilaporkan memiliki 220.000 anggota, yang lain lebih dari 400.000 pengguna. Beberapa ruang mendorong anggota untuk mempermalukan atau merendahkan wanita melalui deepfake.
Beberapa tahun setelah Korea Selatan menjadi berita utama internasional dengan masalah molka-nya, pemerintah kembali mendapat tekanan untuk memberantas gelombang kejahatan seks daring ini. Sebuah protes besar dijadwalkan akan diadakan di Seoul pada 21 September.
Korsel memegang gelar sebagai negara yang paling banyak menjadi sasaran pornografi deepfake. Sebanyak 53% individu yang ditampilkan dalam deepfake adalah penyanyi dan aktor wanita. Ini berdasarkan laporan tahun 2023 oleh Security Hero, sebuah perusahaan rintisan AS yang berfokus pada perlindungan pencurian identitas.
Polisi telah memulai penyelidikan terhadap Telegram, dan regulator media negara itu berencana untuk mengadakan pembicaraan dengan perwakilan aplikasi perpesanan tersebut untuk membahas tanggapan bersama terhadap masalah tersebut. Kementerian pendidikan telah meluncurkan satuan tugas untuk menyelidiki insiden di sekolah, mengajarkan anak-anak cara melindungi gambar mereka, dan mendukung para korban.
(Erha Aprili Ramadhoni)