JAKARTA - Pada 12 November 1945, Jenderal Soedirman diangkat sebagai Panglima pertama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia memulai perjalanan kepemimpinan yang berlangsung selama lima tahun di bawah Presiden Soekarno.
Selama masa jabatannya, Soedirman dikenal sebagai sosok yang penuh dedikasi dan keberanian dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satu momen paling menarik dalam sejarahnya terjadi pada 27 April 1946, ketika Jenderal Soedirman melakukan inspeksi pemulangan serdadu Jepang di Malang.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengunjungi Pangkalan Bugis, yang dipimpin oleh Lettu Imam Soepeno dan Lettu Hanandjoeddin. Pangkalan ini terkenal dengan keberhasilan dalam merenovasi alutsista udara peninggalan Jepang, termasuk beberapa pesawat yang sangat menarik perhatian Soedirman.
Di hanggar tersebut, Soedirman menyaksikan deretan pesawat, termasuk Cukiu dan Pangeran Diponegoro I dan II. Tertarik untuk menjajal kemampuan Pangeran Diponegoro I, yang merupakan pesawat pembom ringan jenis Shoki Ki-48, Soedirman mengungkapkan keinginannya untuk terbang. Pesawat ini dikenal cepat, mampu melaju hingga 510 km/jam, dan sering disalahartikan sebagai Messerschmitt Me-109 Jerman.
Nama Pangeran Diponegoro I diusulkan oleh Lettu Imam Soepeno, dan setelah menjalani beberapa perbaikan, pesawat ini siap diuji. Pilot Jepang yang kini bernama Atmo, memilih untuk tinggal di Indonesia setelah Perang Dunia II dan bersedia menguji pesawat dengan perlindungan dari Panglima Divisi VII Surapati, Jenderal Mayor Imam Soeja’i.