Perang Bubat di masa Kerajaan Majapahit dipimpin oleh Hayam Wuruk berimbas pada sektor pemerintahan. Gajah Mada sebagai Mahapatih Amangkubhumi dicopot, karena Gajah Mada dianggap melakukan kesalahan besar dalam pengambilan keputusan Perang Bubat.
Sepeninggal Mahapatih Gajah Mada pada 1364 itu jabatannya dibiarkan kosong. Sementara waktu jabatan itu diisi langsung oleh Hayam Wuruk, berdasarkan musyawarah besar keluarga raja. Alhasil Hayam Wuruk mengemban dua jabatan langsung yakni raja sebagai kepala negara, serta mahapatih.
Tapi lambat laun beban yang dialami Hayam Wuruk kian menumpuk. Hal ini menyebabkan jabatan Mahapatih Amangkubhumi itu dilepaskannya usai tiga tahun rangkap jabatan. Hayam Wuruk sebagimana pada "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit", dikisahkan sudah mulai kewalahan.
Keputusan akhirnya diambil dengan menunjuk Gajah Enggon pada tahun 1367, sebagai Patih Amangkubhumi. Pada masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk, antara 1351-1389 hubungan Majapahit dengan negeri Cina yang sejak lama di masa Mahapatih Gajah Mada telah diputuskan, dilangsungkan lagi.
Pada tahun 1368 utusan Majapahit datang di negeri Cina membawa upeti untuk kaisar dari Dinasti Yuan. Pada waktu itu di negeri Cina sedang timbul hara-huru, yang mengakibatkan jatuhnya pemerintahan Dinasti Yuan. Seorang anak petani bernama Tsu Yuan Tsiang yang waktu mudanya menjadi pendeta Budha, pada tahun 1358 berhasil menguasai Nanking dan beberapa daerah di Cina Selatan.
Ia bertekad meletakkan kependetaannya untuk memimpin tentara pemberontakan, ketika asramanya dirusak oleh tentara Dinasti Yuan. Dari Nanking Tsu Yuan Tsiang bergerak ke utara menuju Peking dan berhasil mengusir Kaisar pada tahun 1368. Sejak itu, Tsu Yuan dinobatkan sebagai Kaisar bergelar Hung Wu, dan mendirikan dinasti baru bernama Ming artinya: gemilang. Hung Wu ialah Kaisar pertama dari Dinasti Ming.
Ketika Peking jatuh, utusan dari Majapahit sudah ada di Fukien dalam perjalanan pulang. Karena mendengar berita tentang jatuhnya Dinasti Yuan, utusan itu kembali ke Peking untuk menyampaikan ucapan selamat kepada Kaisar Hung Wu.
Secara resmi Kaisar Hung Wu mengirim utusan ke Majapahit pada tahun 1370 untuk menyampaikan, berita tentang timbulnya Dinasti Ming sebagai pengganti Dinasti Yuan. Kedatangan utusan itu disambut dengan gembira oleh Raja Majapahit.
Pada bulan kesembilan tahun itu juga Raja Majapahit Sri Pah-ta-la-po (Sri Prabhu Hayam Wuruk) mengirim utusan ke negeri Cina, dengan membawa surat yang ditulis di atas lempengan emas dan hasil bumi sebagai balasan. Utusan selanjutnya datang di negeri Cina pada tahun 1375 dan 1377.
(Khafid Mardiyansyah)