SWEDIA - Penembakan massal terjadi di Sekolah Riskbergska di Orebro, 125 mil sebelah barat Stockholm, Swedia. Dalam peristiwa itu, sekitar 10 orang tewas.
Demikian disampaikan Roberto Eid Forest, kepala polisi setempat di Orebro sebagaimana dilansir dari Newsweek, Rabu (5/2/2025) dini hari. Penembakan itu terjadi sekitar pukul 1 siang waktu setempat.
"Saat ini kami sedang mengidentifikasi korban tewas," katanya.
Polisi sebelumnya menyatakan yakin pelaku berada di rumah sakit bersama korban lainnya. Sebelumnya, kantor berita Swedia TT memberitakan, tanpa menyebutkan sumbernya, pelaku meninggal karena bunuh diri.
Video dari lokasi kejadian menunjukkan kehadiran polisi dalam jumlah besar dan kendaraan darurat lainnya. Siswa berlindung di gedung-gedung terdekat selama serangan.
Bagian lain sekolah dievakuasi setelah penembakan. Polisi mengatakan tidak ada petugas yang tertembak selama kekerasan tersebut.
Juru bicara polisi Lars Hedelin sebelumnya mengatakan kepada media lokal bahwa ada situasi aktif yang mengancam jiwa. Polisi memperingatkan masyarakat untuk menjauh dari area tersebut.
“Masyarakat didesak untuk menjauh dari daerah Västhaga, atau tetap tinggal di dalam rumah mereka… Operasi ini menyangkut ancaman kekerasan yang mematikan,” kata sebuah pernyataan di situs kepolisian nasional Swedia.
Sekolah Riskbergska dulunya merupakan sekolah menengah atas dan kini menjadi pusat pendidikan bagi orang dewasa yang tidak menyelesaikan sekolah.
“Kami mendengar tiga kali ledakan dan jeritan keras,” katanya kepada surat kabar Expressen saat berlindung di ruang kelas.
“Sekarang kami duduk di sini menunggu untuk dievakuasi dari sekolah. Informasi yang kami terima adalah kami harus duduk dan menunggu.”
Menteri Kehakiman Gunnar Strömmer mengatakan: "Laporan kekerasan di Orebro sangat serius. Polisi berada di lokasi dan operasi berjalan lancar. Pemerintah melakukan kontak erat dengan polisi, dan terus memantau perkembangannya."
Perdana Menteri Ulf Kristersson mengatakan: "Ini adalah hari yang sangat menyakitkan bagi seluruh Swedia. Pikiran saya juga tertuju pada semua orang yang hari sekolah normalnya digantikan dengan teror. Terkurung di ruang kelas karena ketakutan akan nyawanya sendiri adalah mimpi buruk yang tidak ada seseorang harus mengalaminya."
Dia berpesan kepada masyarakat untuk mengikuti informasi dari pihak kepolisian.
(Arief Setyadi )