Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ketika Kerajaan Majapahit Kerahkan Pendeta untuk Tarik Pajak Pedagang Asing 

Avirista Midaada , Jurnalis-Rabu, 30 April 2025 |05:00 WIB
Ketika Kerajaan Majapahit Kerahkan Pendeta untuk Tarik Pajak Pedagang Asing 
Kerajaan Majapahit (foto: wikipedia)
A
A
A

KERAJAAN Majapahit konon didatangi banyak pedagang - pedagang dari daratan Benua Asia. Pedagang asing dari Kamboja, Champa, Yawana, Siam, Goda, Karnataka sebuah wilayah di India, hingga Cina bersandar di pelabuhan - pelabuhan Majapahit.

Bahkan Mpu Prapanca Penulis Kakawin Nagarakretagama menuliskan secara khusus bagaimana pedagang-pedagang luar negeri itu datang pada Pupuh 83/3. Boleh dipastikan bahwa sebaliknya pedagang-pedagang Jawa berlayar ke tempat-tempat tersebut. 

Berkembangnya perdagangan membawa kemakmuran kepada negara dan peningkatan kesejahteraan di lingkungan rakyat. Berkat kunjungan pedagang-pedagang asing itu maka nama Majapahit yang biasa disebut Jawa saja, menjadi masyhur di luar negeri. Dengan agak berlebih-lebihan, Prapanca berkata bahwa pada waktu itu Jawa dan Jambudwipa adalah negara utama di dunia. 

Pada hakikatnya, Prapanca disebut Prof. Slamet Muljana pada "Tafsir Sejarah Nagarakretagama" ingin mengatakan bahwa Majapahit merupakan kuasa besar di lingkungan Asia pada abad 14. Berkembangnya hubungan dagang antara Majapahit dan daerah-daerah di Nusantara dapat dipahami, karena hasil bumi dari daerah perlu dijual di pasaran, sedangkan para pedagang asing yang memerlukannya, kebanyakan berkunjung di pelabuhan Tuban, Gresik, dan Surabaya, sehingga pelabuhan-pelabuhan itu menjadi pusat perdagangan pada abad 14.

 

Nagarakretagama pupuh 16 memberitakan bahwa pada musim-musim tertentu, pemerintah pusat mengirimkan pegawai pajak, dan pendeta-pendeta ke daerah untuk menarik upeti pajak. Ditegaskan bahwa di samping tugas utama itu para pendeta dianjurkan menyebarkan agama, dan memberantas penyesatan. 

Para pendeta Budha hanya diizinkan menyiarkan agamanya di daerah sebelah timur Jawa, sedangkan para pendeta Siwa boleh menjelajah segala pulau untuk menyiarkan agamanya tanpa mengenal pembatasan. Pada abad 14, agama dan sastra, yang merupakan unsur pokok kebudayaan, menjadi monopoli kaum pendeta. 

Dengan sendirinya, kedatangan para pendeta di daerah-daerah itu berarti penyebaran kebudayaan Jawa di daerah Nusantara. Bahkan banyak dari pendeta yang menetap di daerah demi kepentingan agamanya. Tak heran bila Majapahit namanya dikenal di se-antero Nusantara.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement