Di Batavia, Konsul Jenderal Jepang menghadap Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda van Starkenborgh-Stachouwer untuk menyampaikan, pernyataan ikut berbelasungkawa atas malapetaka yang menimpa Belanda. Di tengah ucapan simpati itu terselip beberapa usulan dan tekanan-tekanan.
Di Tokyo duta besar Belanda dipanggil oleh Menteri Luar Negeri Jepang, Arita, yang menyampaikan rasa puas pemerintahannya atas kelancaran perdagangan dan pasokan bahan baku dari Hindia Belanda. Niat dan kepentingan Jepang tampak jelas dalam pernyataan itu.
Ancaman Jepang bermula ketika awal tahun 1930-an suatu elite militer yang menguasai pemerintahan Jepang mengambil keputusan untuk memperluas pengaruhnya di wilayah sekitarnya. Pelaksanaan keputusan itu menghadapi tantangan dari China dan negara-negara Barat. Pada tahun 1937 pecah perang antara China dan Jepang sebagai akibat dari politik ekspansi itu.
(Arief Setyadi )