Terlepas dari statistik tersebut, pemerintah yang dikendalikan Beijing di Hong Kong meremehkan varian tersebut. Disebutkan varian itu tampaknya tidak lebih berbahaya daripada varian sebelumnya.
"Apa yang mereka lihat di China, Hong Kong, dan beberapa daerah lain tempat varian ini benar-benar melonjak adalah peningkatan rawat inap," kata Dr Amy Edwards, seorang profesor pediatri di sekolah kedokteran Case Western Reserve University, kepada CBS News.
Tes bandara CDC mengungkapkan tingkat penyebaran virus saat para pelancong yang terinfeksi varian tersebut bepergian melalui China, Jepang, Korea Selatan, Prancis, Thailand, Belanda, Spanyol, Vietnam, dan Taiwan.
Seperti bentuk Covid-19 lainnya, varian tersebut dapat menyebabkan batuk, sakit tenggorokan, demam, dan kelelahan. Namun, Subhash Verma, seorang profesor mikrobiologi dan imunologi di University of Nevada memiliki catatan mengenai varian baru tersebut.
"Tampaknya memiliki keunggulan dalam hal pertumbuhan, yang menunjukkan bahwa varian tersebut dapat menyebar lebih mudah," tuturnya.
"Dengan kata lain, varian tersebut lebih mudah menular," katanya kepada CBS News.
Baik Verma maupun Edwards mengatakan bahwa jenis tersebut tampaknya tidak lebih parah — setidaknya sejauh ini.
(Arief Setyadi )