Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Fadli Zon Sebut Tak Ada Pemerkosaan Massal saat Kerusuhan 98, Istana: Sejarawan Kredibel yang Tulis

Binti Mufarida , Jurnalis-Senin, 16 Juni 2025 |13:45 WIB
Fadli Zon Sebut Tak Ada Pemerkosaan Massal saat Kerusuhan 98, Istana: Sejarawan Kredibel yang Tulis
Menteri Kebudayaan Fadli Zon (Foto: dok Kemenbud)
A
A
A

JAKARTA - Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi menanggapi pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang dikritik karena menyebut tidak ada pemerkosaan massal yang terjadi pada 1998.

Hasan meminta semua pihak tidak terburu-buru mengambil kesimpulan, dan memberikan ruang bagi sejarawan untuk menyusun sejarah secara objektif.

“Dalam konteks hal yang sedang disusun oleh Kementerian Kebudayaan, mari kita sama-sama beri waktu para sejarawan untuk menuliskan,” katanya saat Konferensi Pers di Kantor PCO, Jakarta, Senin (16/6/2025).

Saat ini kata dia, terlalu banyak spekulasi yang berkembang di masyarakat terkait isu ini. Dia menegaskan pentingnya proses penulisan sejarah dilakukan oleh ahli yang kompeten dan kredibel.

“Ini kan sekarang semua dalam proses dan dalam proses ini terlalu banyak spekulasi-spekulasi yang menyatakan ini tidak ada, ini ada, coba kita biarkan para sejarawan ini menuliskan ini, dan untuk nanti kita pantau kita pelototi kita periksa bareng-bareng,” tegasnya.

“Toh yang menulis ini adalah para sejarawan yang juga kredibel, punya kredibilitas tinggi dan mereka tentu tidak akan mengorbankan kredibilitas mereka ya untuk hal-hal yang tidak perlu,” tambahnya.

Pihaknya juga memastikan, sejarawan yang terlibat dalam proyek ini memiliki integritas tinggi dan tidak akan mengorbankan kredibilitasnya demi kepentingan tertentu.

 

“Jadi kekhawatiran kekhawatiran semacam ini mungkin bisa jadi diskusi tapi jangan divonis macam-macam dulu. Lihat saja dulu ya pekerjaan yang sedang dilakukan oleh para ahli sejarah dalam menulis sejarah Indonesia,” papar Hasan.

Hasan menegaskan bahwa ini bukan upaya menulis ulang sejarah, melainkan melanjutkan penulisan sejarah nasional yang sudah lama terhenti.

“Ini bukan menulis ulang tapi melanjutkan menulis sejarah Indonesia karena mungkin terakhir sejarah Indonesia ditulis tahun berapa? Tahun 98, tahun 97-98 dan dari 98 ke sini tidak tidak ditulis lagi. Jadi kita lihat dulu mereka menulis apa sudah kita punya draft resminya nanti baru kita kita koreksi bareng-bareng,” pungkasnya. 

(Fahmi Firdaus )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement