MALANG - Orangtua siswa Sekolah Rakyat di Kota Malang menyambut antusias masuknya sang anak. Sekolah Rakyat memang didorong Kepala Staf Kepresidenan Letjen (Purn) AM Putranto lebih cepat masuknya, yakni pada 7 Juli 2025.
Ilmiatul Khoiroh, salah satu orangtua siswa Sekolah Rakyat mengungkapkan, rasa senang anaknya jadi satu dari 100 siswa yang bisa masuk Sekolah Rakyat. Menurutnya, ia memang sudah menerima pemberitahuan dari dinas sosial dan kelurahan, setelah anaknya resmi menjadi calon siswa yang diterima di sekolah rakyat.
"Alhamdulillah anak saya langsung diterima (masuk sekolah rakyat). Alhamdulillah kalau SR ini kan gratis, dari mulai seragam, sepatu, buku, kalau di SMP negeri kan kami masih mikir biaya, kalau ini gratis," kata Ilmiatul Khoiroh, ditemui di rumahnya.
Baginya adanya sekolah rakyat gratis menjadi solusi di tengah keterbatasan ekonomi keluarganya. Ia memang tidak bekerja atau menjadi ibu rumah tangga (IRT), sedangkan suaminya bekerja sebagai pekerja bangunan dengan upah setiap bulannya Rp2 juta saja.
"Alhamdulillah senang adanya sekolah rakyat ini. Kalau sistemnya asrama nggak masalah, kan kayak mondok ya itu, memang pertama anaknya agak gak mau, cuma saya rayu-rayu akhirnya mau. Nggak masalah, kan orang tua juga kunjungan ke sana, seminggu sekali," tuturnya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kota Malang Suwarjana menjelaskan, jenjang sekolah rakyat yang pertama dioperasikan yakni SMP. Dimana akan ada 100 anak dalam rombongan belajar (rombel) pertama yang akan memulai pembelajaran.
"Muridnya totalnya ada 100 orang, dibagi empat kelas. Untuk guru Sekolah Rakyat sudah kami usulkan ke pemerintah pusat, totalnya 25 orang dan ini untuk SMP," kata Suwarjana, dikonfirmasi terpisah.
Pihaknya sudah mengusulkan, dua orang untuk mengikuti tahapan seleksi sebagai kepala sekolah di Sekolah Rakyat di Poltekom. Masing-masing kandidat disebutnya sudah berstatus sebagai PNS. Dimana keduanya sudah berpengalaman juga menjadi kepala sekolah.
Sekolah rakyat di Kota Malang sendiri, menggunakan bangunan dari bekas gedung Politeknik Kota Malang (Poltekom) yang direvitalisasi. Gedung itu berada di kawasan Jalan Raya Tlogowaru, Kelurahan Tlogowaru, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
Gurunya itu pegawai baru, dia sudah lulus pendidikan profesi guru (PPG), pra jabatan tetapi belum menjadi pegawai negeri sipil (PNS)," tukasnya.
(Angkasa Yudhistira)