Kejadian tersebut membuat Juru Minyak langsung berlari keluar dari kamar mesin. Mualim Jaga juga segera memerintahkan awak kapal untuk membantu penumpang mengenakan jaket pelampung dan bersiap melakukan evakuasi.
"Sementara nahkoda yang saat itu sedang beristirahat segera dibangunkan oleh Mualim Jaga," sambungnya.
Anggiat menuturkan, nahkoda langsung mengambil alih kemudi dan memancarkan sinyal bahaya melalui Radio VHF frekuensi 16. "Kemudian, nahkoda segera mengambil alih kemudi dan memancarkan berita marabahaya di radio VHF frekuensi 16," tutur Anggiat.
Pada titik ini, kendaraan yang diangkut di bagian belakang kapal mulai bergeser dan bertumpu ke sisi kanan. Hal ini menyebabkan kemiringan kapal semakin tajam ke kanan.
"Yang pada awalnya dalam keadaan masih perlahan-lahan (kemiringan), kemudian semakin cepat," tambahnya.
Beberapa menit setelah panggilan darurat, kapal mulai tenggelam dengan posisi buritan (bagian belakang) lebih dahulu sambil miring ke kanan. Dua kapal, yakni Kapal Gilimanuk I dan Tunu Pratama Jaya 3888, sebenarnya berada di dekat lokasi kejadian. Namun evakuasi sulit dilakukan karena kondisi gelap.
"Kapal Gilimanuk I dan Tunu Pratama Jaya 3888 yang juga ada di sekitar lokasi mencoba menyoroti lampu ke arah Tunu Pratama Jaya, namun kesulitan untuk mengenali objek terapung karena kondisi dalam keadaan gelap," ujarnya.
(Arief Setyadi )