JAKARTA – Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Judha Nugraha, memastikan tidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam konflik Kamboja–Thailand. Pernyataan ini disampaikan setelah Kemlu menerima informasi dari KBRI Phnom Penh dan KBRI Bangkok.
“Berdasarkan pemantauan dan komunikasi dengan berbagai pihak, tidak terdapat informasi adanya WNI yang menjadi korban konflik bersenjata tersebut,” kata Judha, Minggu (27/7/2025).
Ia menjelaskan kedua perwakilan RI tersebut telah mengeluarkan imbauan kepada para WNI agar meningkatkan kewaspadaan, menghindari perjalanan ke wilayah konflik, serta memantau situasi keamanan melalui media dan otoritas setempat.
“Segera melakukan lapor diri serta segera menghubungi hotline Perwakilan RI jika menghadapi situasi darurat,” tambahnya.
Judha juga menyampaikan konflik terjadi di perbatasan antara Provinsi Oddar Meanchey (Kamboja) dan Provinsi Ubon Ratchathani, Si Sa Ket, serta Surin (Thailand). Sebagai informasi, konflik bersenjata antara Kamboja dan Thailand telah pecah sejak Kamis, dan hingga Jumat 25 Juli 2025 dilaporkan telah menewaskan 14 orang di pihak Thailand.
Pertempuran terjadi sehari setelah ledakan ranjau darat di sepanjang perbatasan yang melukai lima tentara Thailand, memicu penarikan duta besar Thailand dari Kamboja dan pengusiran utusan Kamboja untuk Thailand oleh Bangkok.
Pada Jumat, pejabat tinggi Kamboja di Oddar Meanchey, Jenderal Khov Ly, menyebut pertempuran kembali terjadi pada dini hari di dekat kuil kuno Ta Muen Thom. Jurnalis Associated Press yang berada di dekat perbatasan melaporkan mendengar suara tembakan artileri sejak dini hari.
Pejabat itu juga menyatakan setidaknya empat warga sipil terluka dalam pertempuran Kamis, dan lebih dari 4.000 orang telah mengungsi dari desa-desa mereka di sepanjang perbatasan ke pusat-pusat evakuasi.
Eskalasi ini menjadi contoh langka konflik militer antara negara-negara anggota ASEAN, meski Thailand dan Kamboja pernah berselisih soal wilayah perbatasan dan Thailand juga telah terlibat dalam pertempuran sporadis dengan Myanmar di barat.
“Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri semaksimal mungkin dan menyelesaikan masalah melalui dialog,” kata wakil juru bicara PBB, Farhan Haq.
(Arief Setyadi )