Ken Arok lalu meminta Mpu Gandring menunjukkan tempat penyimpanan senjata, tetapi sang empu menjawab bahwa semua pesanan akan dikirim langsung ke para pemesan, termasuk kepada akuwu Tumapel.
Masih tidak percaya bahwa yang dihadapinya adalah perwira Tumapel, Mpu Gandring terus bersilat lidah. Ia meremehkan Ken Arok yang berasal dari golongan sudra, kasta terendah dalam ajaran Hindu.
Namun perbincangan semakin memanas setelah Ken Arok memergoki kebohongan Mpu Gandring, termasuk soal pasokan besi. Ken Arok kemudian mengatakan bahwa akuwu Tumapel telah memanggil Mpu Gandring. Mendengar itu, Mpu Gandring panik, karena ia diam-diam bersekongkol dengan Kebo Ijo.
Akhirnya, Mpu Gandring mengakui kesalahannya dan memperlihatkan salah satu tombak yang telah dibuat. Tapi Ken Arok menyadari bahwa tombak tersebut dibuat dari besi kirimannya yang telah dikurangi unsur bajanya, sehingga ketajamannya menurun. Ia pun murka dan membanting senjata itu.
Ken Arok bahkan membandingkan senjata buatan Mpu Gandring dengan miliknya sendiri yang lebih panjang, lebih tipis, dan jauh lebih tajam. Ia merasa dikhianati, dan inilah yang menjadi cikal bakal tragedi berdarah yang mengiringi kisah keris Mpu Gandring selanjutnya.
(Awaludin)