Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Upah Emas hingga Pengkhianatan, Perjanjian Gelap Ken Arok dan Mpu Gandring

Avirista Midaada , Jurnalis-Sabtu, 02 Agustus 2025 |07:56 WIB
Upah Emas hingga Pengkhianatan, Perjanjian Gelap Ken Arok dan Mpu Gandring
Illustrasi Ken Arok (foto: wikipedia)
A
A
A

KEN AROK, penguasa Tumapel sebelum melakukan pemberontakan, konon memberikan upah besar kepada Mpu Gandring, seorang empu keris ternama saat itu. Upah berupa ribuan keping emas diberikan demi memenuhi hasrat Ken Arok memiliki senjata sakti untuk menghabisi nyawa Tunggul Ametung.

Ken Arok mendatangi Mpu Gandring di kediamannya dan langsung menyerahkan kepingan emas. Ia meminta dibuatkan berbagai senjata, bukan hanya keris sakti mandraguna, tetapi juga tombak dan pedang.

Konon, Ken Arok memesan 3.000 buah tombak untuk persenjataan pasukannya. Mpu Gandring sempat terkejut dan tidak langsung menyanggupi pesanan tersebut. Apalagi, menurutnya, pesanan sebesar itu hanya layak datang dari penguasa Tumapel, yaitu Tunggul Ametung.

Namun Ken Arok bersikeras. Ia yakin Mpu Gandring bisa memenuhi permintaannya. Sayangnya, saat itu Mpu Gandring kekurangan bahan baku besi karena pasokan dari Sofala dan Wulunggu tersendat.

Menanggapi itu, Ken Arok menyanggupi akan menyuplai besi untuk pembuatan senjata, yang penting pesanan tetap dikerjakan. Tapi Mpu Gandring masih ragu dan belum percaya pada ucapan Ken Arok.

Ken Arok pun berseloroh dengan nada mengancam: jangankan membeli senjata, ia bahkan sanggup membeli nyawa Mpu Gandring. Ia lalu menunjukkan 300 keping emas sebagai uang muka (DP).

 

Ancaman berlanjut. Ken Arok bersama rekannya, Tanca, mengintimidasi Mpu Gandring dengan ancaman terhadap anak dan istrinya jika tidak memenuhi permintaan tersebut.

Akhirnya, Mpu Gandring menerima permintaan tersebut, namun meminta waktu setahun untuk menyelesaikannya. Permintaan itu ditolak oleh Ken Arok. Ia meminta waktu hanya enam bulan, dan rela membayar lebih mahal demi percepatan.

Ken Arok lalu memberikan tambahan 700 keping emas, menjadikan total pembayaran menjadi 1.000 keping emas, serta menjanjikan bonus jika senjata selesai tepat waktu. Ia juga memperingatkan Mpu Gandring bahwa anak buahnya akan mengawasi pengerjaan tersebut.

Setelah enam bulan berlalu, Ken Arok bersama Tanca kembali mendatangi rumah Mpu Gandring untuk menagih pesanannya. Namun Mpu Gandring menyambut dengan sikap acuh. Ia bahkan mengaku tidak pernah menerima emas ataupun besi dari Ken Arok.

 

Ken Arok lalu meminta Mpu Gandring menunjukkan tempat penyimpanan senjata, tetapi sang empu menjawab bahwa semua pesanan akan dikirim langsung ke para pemesan, termasuk kepada akuwu Tumapel.

Masih tidak percaya bahwa yang dihadapinya adalah perwira Tumapel, Mpu Gandring terus bersilat lidah. Ia meremehkan Ken Arok yang berasal dari golongan sudra, kasta terendah dalam ajaran Hindu.

Namun perbincangan semakin memanas setelah Ken Arok memergoki kebohongan Mpu Gandring, termasuk soal pasokan besi. Ken Arok kemudian mengatakan bahwa akuwu Tumapel telah memanggil Mpu Gandring. Mendengar itu, Mpu Gandring panik, karena ia diam-diam bersekongkol dengan Kebo Ijo.

Akhirnya, Mpu Gandring mengakui kesalahannya dan memperlihatkan salah satu tombak yang telah dibuat. Tapi Ken Arok menyadari bahwa tombak tersebut dibuat dari besi kirimannya yang telah dikurangi unsur bajanya, sehingga ketajamannya menurun. Ia pun murka dan membanting senjata itu.

Ken Arok bahkan membandingkan senjata buatan Mpu Gandring dengan miliknya sendiri yang lebih panjang, lebih tipis, dan jauh lebih tajam. Ia merasa dikhianati, dan inilah yang menjadi cikal bakal tragedi berdarah yang mengiringi kisah keris Mpu Gandring selanjutnya.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement