Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Hubungan Menghangat, Korsel Copot Pengeras Suara Propaganda di Perbatasan Korut

Rahman Asmardika , Jurnalis-Selasa, 05 Agustus 2025 |18:32 WIB
Hubungan Menghangat, Korsel Copot Pengeras Suara Propaganda di Perbatasan Korut
Korea Selatan mencopot pengeras suara propaganda di perbatasan. (Foto: Reuters)
A
A
A

JAKARTA - Korea Selatan telah mulai membongkar pengeras suara di sepanjang perbatasan dengan Korea Utara, demikian diberitakan Kantor Berita Yonhap pada Senin, (4/8/2025). Langkah ini diambil beberapa minggu setelah kedua negara bertetangga itu  sepakat untuk menghentikan siaran propaganda sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk meredakan ketegangan di semenanjung Korea.

Pembongkaran peralatan tersebut mencerminkan pergeseran diplomatik yang lebih luas di bawah presiden baru Korea Selatan, Lee Jae-myung, yang telah mengisyaratkan niat untuk mengurangi ketegangan dengan Pyongyang. Meskipun ada tanda-tanda perbaikan, kedua Korea secara teknis masih berperang, karena gencatan senjata tahun 1953 tidak pernah digantikan oleh perjanjian damai resmi.

“Ini adalah langkah praktis yang dapat membantu meredakan ketegangan antar-Korea tanpa memengaruhi postur kesiapan militer,” kata kementerian tersebut, sebagaimana dilansir RT.

Rangkaian pengeras suara berskala besar, yang dipasang oleh Seoul beberapa dekade lalu, secara berkala digunakan untuk menyiarkan musik K-pop, buletin berita, dan pesan-pesan anti-rezim di Zona Demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea. Pyongyang kerap merespons dengan siarannya sendiri atau dengan mengirim balon berisi selebaran propaganda dan kantong sampah melintasi perbatasan, sehingga memicu protes dari Korea Selatan.

Hubungan kedua negara memburuk tajam di bawah pemerintahan Korea Selatan sebelumnya. Pada Juli 2024, Seoul melanjutkan kampanye pengeras suara setelah jeda enam tahun, sebagai tanggapan atas peluncuran balon berisi sampah oleh Pyongyang ke Korea Selatan. Ketegangan tersebut sebagian dipicu oleh kemarahan Korea Utara atas selebaran yang dikirim oleh para pembelot di Korea Selatan.

 

Pada saat yang sama, Seoul terus meningkatkan kesiapan militer dengan melakukan latihan gabungan dengan Amerika Serikat (AS). Pyongyang mengecam latihan tersebut sebagai latihan untuk invasi dan merespons dengan serangkaian uji coba rudal.

Meskipun baru-baru ini muncul tanda-tanda pembaruan diplomasi, Korea Selatan masih mempertahankan sikap defensif terhadap Korea Utara. Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Korea Selatan Cho Hyun dan mitranya dari AS, Marco Rubio, menegaskan kembali komitmen mereka terhadap denuklirisasi Korea Utara, yang menunjukkan bahwa dialog tetap menjadi prioritas bagi stabilitas regional.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement