Dia menegaskan bahwa tragedi yang terjadi di Palestina harus dipahami sebagai krisis budaya.
“Budaya adalah dimensi penting yang kerap luput dari pemberitaan global, padahal terjadi penghapusan kebudayaan dan identitas bangsa Palestina secara sistematis. Mereka menyerang akar peradaban melalui kehancuran situs-situs budaya, pembungkaman seniman, pelarangan ekspresi budaya, dan terputusnya transmisi sejarah. Ini adalah bentuk genosida budaya,” tuturnya.
Serangan brutal Israel yang menghancurkan situs bersejarah, ruang seni, komunitas, hingga membungkam para seniman Palestina, merupakan bentuk nyata dari serangan terhadap identitas kolektif bangsa.
“Setiap cagar budaya yang hancur, setiap manuskrip yang musnah, setiap seniman yang gugur adalah kehilangan bagi dunia. Konflik ini adalah upaya untuk menghapus memori peradaban Palestina dari sejarah manusia. Karena itu, solidaritas bagi Palestina adalah solidaritas bagi peradaban,”ujarnya.
Fadli menekankan bahwa Kementerian Kebudayaan akan terus mengawal isu Palestina melalui jalur diplomasi budaya, bekerja sama dengan komunitas internasional, UNESCO, dan mitra global lainnya.