JAKARTA – Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat hingga 22 September 2025, terdapat 4.711 kasus bakteri dalam makanan yang didistribusikan melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kasus ini tersebar di sekitar 45 lokasi di tiga wilayah sejak program dimulai. Meski begitu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan optimisme terhadap kelanjutan program MBG.
"Ini masalah besar, jadi pasti ada kekurangan di awal. Tapi saya yakin kita akan selesaikan dengan baik," ujar Prabowo di Lanud Halim Perdanakusuma.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Eksekutif Said Aqil Sirodj Institute, Abi Rekso menilai bahwa program MBG harus terus dijalankan.
“Bagi saya, MBG ini bukan janji politik, ini misi peradaban masa depan Indonesia. Masyarakat sipil perlu berperan aktif untuk menyukseskan MBG dan melihat dampak positifnya secara bijak,” terang Abi Rekso, Rabu (1/10/2025).
Abi Rekso juga menekankan, bahwa MBG merupakan komitmen pemerintah untuk pemenuhan hak atas pangan (right to food). Meskipun ada sekitar 5.000 kasus terpapar bakteri, jumlah ini hanya sekitar 0,0001% dari 9.615 SPPG yang beroperasi dan 31 juta penerima manfaat program MBG.
“Kesuksesan MBG tidak hanya soal pemenuhan gizi anak-anak Indonesia, tetapi juga membentuk rantai pasok pangan berbasis ketahanan, dengan kualitas tinggi dan harga terjangkau. Ini benar-benar mulia, sebagai misi peradaban Indonesia,” pungkasnya.
Program MBG menjadi salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, khususnya anak-anak sekolah, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menegaskan capaian penting program Makan Bergizi Gratis yang dalam 11 bulan pelaksanaan telah menjangkau hampir 30 juta penerima manfaat.
Kepala Negara menyampaikan bahwa program pemerintah ini bukan hanya memberikan manfaat langsung bagi anak-anak dan ibu hamil, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat hingga ke tingkat desa.
“Dalam 11 bulan kita telah membuktikan dengan iktikad yang baik, dengan tujuan yang baik, dengan hati yang ikhlas, dengan cinta Tanah Air dan cinta rakyat, kita bisa berbuat banyak. Kita telah menyelamatkan minimal Rp300 triliun rupiah. Rp300 triliun inilah yang kita pakai untuk makan bergizi gratis,” ujar Prabowo.
Prabowo mengakui masih ada tantangan di lapangan, termasuk kasus kekurangan dan keracunan makanan, namun jumlahnya sangat kecil jika dibandingkan dengan skala program. Dia menyebut tingkat penyimpangan yang tercatat hanya 0,00017 persen dari seluruh distribusi.
“Ini tidak membuat bahwa kita puas dengan itu, tapi namanya usaha manusia yang demikian besar, yang belum pernah dilaksanakan, saya kira dalam sejarah dunia,” tegasnya.
Prabowo mencontohkan pengalaman Brasil yang membutuhkan waktu 11 tahun untuk mencapai 40 juta penerima manfaat. Indonesia, kata Presiden, dalam waktu kurang dari satu tahun sudah mampu menjangkau 30 juta penerima.
(Awaludin)