DVI atau Identifikasi Jenazah Korban
Suharyanto menegaskan setiap jenazah yang berhasil dievakuasi langsung dibawa ke posko DVI (Disaster Victim Identification). Proses identifikasi menghadapi kendala akibat kondisi korban, namun tim medis bersama kepolisian melakukan metode forensik untuk memastikan keakuratan data.
“Proses DVI ini memegang peranan penting dalam penanganan darurat insiden Musala Al-Khoziny. Banyak korban ditemukan dalam kondisi sulit dikenali akibat tertimpa material dan luka berat, sehingga diperlukan metode identifikasi ilmiah untuk memastikan keakuratan data,” paparnya.
Melalui DVI, identitas korban dapat dipastikan secara sah, sekaligus menjaga martabat korban dan memberikan kepastian bagi keluarga. Proses ini juga penting untuk menghindari kesalahan administrasi maupun hukum, termasuk dalam penyerahan jenazah, pencatatan resmi, serta pemberian hak-hak keluarga seperti santunan atau bantuan pemerintah.
DVI merupakan standar internasional dalam penanganan bencana yang menggabungkan data antemortem, seperti catatan medis, sidik jari, ciri fisik, atau DNA dari keluarga, dengan data postmortem yang diperoleh dari jenazah.
“Melalui cara ini, setiap korban dapat diidentifikasi dengan benar sehingga keluarga dapat menerima kepastian, melakukan prosesi pemakaman sesuai keyakinan, dan negara dapat memenuhi kewajiban kemanusiaannya,” ujar Suharyanto.