Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Presiden Rajoelina Dilengserkan, Militer Madagaskar Ambil Alih Kendali Negara

Rahman Asmardika , Jurnalis-Selasa, 14 Oktober 2025 |22:42 WIB
Presiden Rajoelina Dilengserkan, Militer Madagaskar Ambil Alih Kendali Negara
Militer Madagaskar mengambil alih negara setelah Presiden Andry Rajoelina melarikan diri. (Foto: X)
A
A
A

JAKARTA – Militer Madagaskar telah mengambil alih kendali negara pulau di Samudra Hindia itu, kata seorang kolonel angkatan darat pada Selasa (14/10/2025). Pengambilalihan ini terjadi setelah Presiden Andry Rajoelina melarikan diri ke luar negeri di tengah kebuntuan dengan para demonstran yang dipimpin oleh pemuda dan pasukan keamanan.

"Kami telah mengambil alih kekuasaan," kata Kolonel Michael Randrianirina dalam siaran radio nasional, sebagaimana dilansir Reuters. Ia memimpin pemberontakan tentara yang bergabung dengan demonstran anti-pemerintah dari generasi muda, Gen Z.

Randrianirina menambahkan bahwa militer membubarkan semua lembaga kecuali majelis rendah parlemen atau Majelis Nasional, yang sebelumnya memberikan suara untuk memakzulkan Rajoelina beberapa menit sebelumnya.

Di tengah kekacauan yang melanda negara di lepas pantai Afrika Timur itu, Rajoelina yang berusia 51 tahun berupaya membubarkan majelis tersebut melalui dekrit.

Meski sudah terbang menggunakan jet militer Prancis, Rajoelina menolak mundur, menentang protes Gen Z yang telah berlangsung berminggu-minggu dan pembelotan besar-besaran di militer.

 

Kepresidenan belum segera merespons pernyataan Randrianirina, namun sebelumnya menyatakan bahwa pertemuan majelis tersebut tidak konstitusional dan resolusi apa pun "batal demi hukum."

Rajoelina mengatakan ia telah berpindah ke tempat yang aman karena ancaman terhadap nyawanya. Seorang pejabat oposisi, sumber militer, dan diplomat asing mengatakan kepada Reuters bahwa Rajoelina meninggalkan Madagaskar pada Minggu (12/10/2025) dengan pesawat militer Prancis.

Demonstrasi yang bermula akibat kelangkaan air dan listrik pada 25 September itu dengan cepat berubah menjadi pemberontakan atas keluhan lebih luas, termasuk korupsi, buruknya tata kelola pemerintahan, dan minimnya layanan dasar.

Kemarahan ini mencerminkan gelombang protes di berbagai negara terhadap elit penguasa, seperti yang terjadi di Nepal dan Maroko.

Pada Selasa, di Lapangan 13 May, Antananarivo, ribuan pengunjuk rasa menari, berbaris, bernyanyi, dan mengibarkan spanduk yang menuding Rajoelina sebagai antek Prancis karena memiliki kewarganegaraan ganda Prancis dan dukungan dari mantan penjajah Madagaskar itu.

Banyak yang mengibarkan bendera Malagasi serta spanduk protes khas Gen Z yang menampilkan tengkorak dan tulang bersilang, terinspirasi dari serial anime Jepang One Piece.

 

Pada satu titik, Randrianirina naik ke panggung dan bertanya, "Apakah Anda siap menerima pengambilalihan militer?", yang disambut sorak sorai persetujuan oleh kerumunan.

Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa tatanan konstitusional harus dijaga dan meski Prancis memahami keluhan pemuda, mereka tidak boleh dimanfaatkan oleh faksi militer.

Rajoelina tampak semakin terisolasi setelah kehilangan dukungan dari CAPSAT, unit elit yang membantunya merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 2009. Randrianirina adalah komandan terkenal dari CAPSAT.

Unit ini bergabung dengan pengunjuk rasa akhir pekan lalu dengan menyatakan menolak menembaki demonstran dan mengawal ribuan massa di alun-alun utama Antananarivo.

Gendarmerie paramiliter dan polisi juga membelot dari Rajoelina.

Madagaskar, dengan usia rata-rata penduduk kurang dari 20 tahun, memiliki populasi sekitar 30 juta jiwa, dimana tiga perempatnya hidup dalam kemiskinan. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita anjlok 45% sejak kemerdekaan pada 1960 hingga 2020, menurut Bank Dunia.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement