Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

MNC Group Kembangkan Strategi Multiformat, Raup 1,6 Miliar Tontonan di YouTube

Achmad Al Fiqri , Jurnalis-Rabu, 05 November 2025 |23:39 WIB
MNC Group Kembangkan Strategi Multiformat, Raup 1,6 Miliar Tontonan di YouTube
Co CEO MNC Group Angela Tanoesoedibjo di acara forum YouTube Works Award Indonesia 2025 (foto: IMG/Aldhi)
A
A
A

JAKARTA – Perubahan perilaku penonton mendorong MNC Group beradaptasi cepat menghadapi era digital. Konsumsi tontonan kini melintasi berbagai layar, dari televisi hingga ponsel, dengan format panjang maupun pendek. Kondisi ini membuat media konvensional perlu menyesuaikan strategi agar tetap relevan dan menguntungkan.

Co-CEO MNC Group sekaligus CEO iNews Media Group, Angela Tanoesoedibjo, menegaskan bahwa pola konsumsi media saat ini telah berubah signifikan. Menurutnya, penonton modern menginginkan fleksibilitas dan variasi format.

“Kita harus beradaptasi dengan perubahan. Kebiasaan konsumen berevolusi dan kita harus berevolusi bersama mereka,” ujar Angela dalam forum YouTube Works Award Indonesia 2025 di Jakarta, Rabu (5/11/2025).

Multiformat dan Multiplatform Jadi Kunci

Angela menjelaskan, bahwa MNC Group kini berfokus membuat konten multiplatform, multiformat, dan multi pengalaman. Langkah tersebut menjadi strategi utama perusahaan dalam menghadapi era lintas layar. Dengan pendekatan ini, setiap jenis penonton dapat menikmati konten sesuai kebiasaan dan minatnya.

 

Skala Produksi Raksasa di Dunia Digital

Angela mengungkapkan, YouTube memegang peran penting dalam strategi digital MNC Group. Saat ini, perusahaan mengelola lebih dari 500 kanal di platform tersebut.

“Kami sangat bangga. Hari ini kami mengelola 500 kanal YouTube, sebagian besar kanal in-house dan kreator di bawah manajemen kami,” jelasnya.

Dari jumlah itu, MNC Group telah meraih tiga diamond button dan 15 gold button. Total, kanal-kanal tersebut memiliki 260 juta pelanggan, dengan sekitar 700 unggahan setiap hari dan 1,6 miliar penayangan per bulan. Capaian ini menunjukkan besarnya jangkauan serta kekuatan konten lokal di ekosistem digital.

Angela menambahkan, keberhasilan itu tidak lepas dari keberagaman format yang dikembangkan.

“Dengan semua volume dan keragaman konten di YouTube, kami dapat menjangkau minat yang berbeda, segmen yang berbeda, generasi muda, serta penonton di seluruh Indonesia, termasuk wilayah pedesaan,” tuturnya.

 

Eksperimen Format: Dari Drama Panjang ke Mikroseries

Menurut Angela, YouTube memberi ruang luas untuk bereksperimen dengan format konten. Platform ini memungkinkan tayangan video pendek maupun panjang, horizontal maupun vertikal.

“Kami percaya setiap konten pantas mendapatkan pendekatan berbeda agar dapat terhubung dengan audiens secara lebih luas,” ucapnya.

Sebagai contoh, Angela menyoroti perubahan format pada konten drama MNC Group. Di televisi, drama dikemas dalam durasi panjang, sedangkan di YouTube diunggah dalam versi singkat agar lebih dinamis. Kini, MNC bahkan mulai memproduksi drama mikro berdurasi tiga menit per episode.

“Setiap episode hanya tiga menit, dan umpan baliknya sangat bagus. Bahkan untuk episode lama yang diunggah delapan tahun lalu masih terus ditonton hingga hari ini. Satu episode saja sudah mencapai 350 juta penayangan,” ungkap Angela.

Ia menegaskan bahwa kekuatan utama tetap terletak pada kualitas konten.

“Jika Anda memiliki konten yang bagus — dan MNC pasti memilikinya — konten itu tidak akan pernah kedaluwarsa di YouTube,” kata Angela menutup pernyataannya.

 

YouTube Jadi Episentrum Budaya Digital

Sementara itu, Country Director Google Indonesia, Veronica Utami, menyebut YouTube sebagai platform video nomor satu di Indonesia yang menjangkau pengguna dari berbagai wilayah, termasuk daerah pedesaan.

“Masyarakat kini dapat menonton tanpa hambatan di berbagai format dan layar, dari Shorts hingga video panjang di TV,” jelasnya.

Veronica menambahkan, total waktu menonton di YouTube tumbuh 20% dari tahun ke tahun. Ia menilai pertumbuhan ini didorong oleh para kreator yang menjadi pusat budaya digital.

“Kreatorlah yang menjadikan YouTube sebagai epicenter of culture — tempat tren lahir dan suara-suara baru ditemukan,” pungkasnya.
 

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement