Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Fakta di Balik Wood Pellet Gorontalo: Kontribusi Devisa dan SVLK Kunci Memerangi Risiko Deforestasi Gorontalo

Rizqa Leony Putri , Jurnalis-Sabtu, 08 November 2025 |12:07 WIB
Fakta di Balik Wood Pellet Gorontalo: Kontribusi Devisa dan SVLK Kunci Memerangi Risiko Deforestasi Gorontalo
Direktur BPPHH Kementerian Kehutanan Erwan Sudaryanto memaparkan komitmen SVLK dalam industri wood pellet pada FGD Legal dan Lestari di Jakarta. (Foto: dok Kemenhut)
A
A
A

JAKARTA – Kementerian Kehutanan menetapkan Provinsi Gorontalo sebagai contoh kawasan tata kelola hutan lestari di Indonesia. Provinsi ini tercatat sebagai salah satu penyumbang utama produksi wood pellet, dengan kontribusi mencapai 29,96 persen dari total produksi nasional.

Kontribusi signifikan ini memperkuat peran Indonesia dalam rantai pasok energi biomassa global yang rendah emisi dan berkelanjutan, serta membuktikan bahwa pembangunan industri hijau dapat berjalan tanpa memicu deforestasi Gorontalo.

Data Kementerian Kehutanan menunjukkan bahwa produksi wood pellet nasional pada 2024 melonjak hingga 333.971 meter kubik (m³), naik hampir tiga kali lipat dari 2020 (103.356 m³). Menjadikan rata-rata produksi tahunan selama 2020–2024 mencapai 199.525 m³.

 “Hingga 2024 terdapat 35 industri wood pellet aktif di Indonesia. Kapasitas lisensi produksi nasional mencapai 3,18 juta m³ per tahun,” ungkap Erwan Sudaryanto, Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan (BPPHH) Kementerian Kehutanan, dalam sebuah FGD di Jakarta, Rabu (5/11/2025).

Gorontalo, Pusat Produksi Wood Pellet Nasional yang Ramah Lingkungan

Erwan menegaskan bahwa seluruh proses produksi wood pellet, termasuk yang dilakukan di Gorontalo, wajib memenuhi standar ketat SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian) yang telah mendapatkan pengakuan internasional. Perusahaan hanya boleh memasarkan produk biomassa bila terbukti berasal dari Hutan Tanaman Industri (HTI) yang lestari, bukan dari praktik deforestasi hutan alam. 

“SVLK memastikan semua hasil hutan diproduksi secara legal dan berkelanjutan. Ini menjadi bukti kepada mitra dagang global bahwa Indonesia serius menjaga tata kelola hutan,” kata Erwan.

Industri biomassa nasional tak hanya menjanjikan secara ekonomi, tetapi juga strategis dalam mendukung transisi energi bersih. Milton Pakpahan, Ketua Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI), menyebut bahwa Indonesia memiliki 10,36 juta hektare lahan potensial untuk pengembangan HTI dan Hutan Tanaman Energi (HTE).

“Lahan ini belum dimanfaatkan maksimal. Gorontalo menunjukkan bahwa dengan tata kelola yang benar, biomassa bisa menjadi pilar energi hijau nasional sekaligus menepis isu deforestasi Gorontalo,” ujar Milton.

Di sisi perdagangan, nilai ekspor wood pellet Indonesia pada 2024 tercatat 40,3 juta Dolar AS, melonjak dari 14,74 juta Dolar AS pada 2023. Negara-negara seperti Jepang, Korea, dan Uni Eropa menjadi pasar utama karena secara tegas menuntut produk yang terbukti legal, lestari, dan bebas deforestasi. 

“Produk wood pellet kita sudah diakui sebagai bagian dari due diligence compliance mereka. Tanpa SVLK, kita tidak akan bisa bersaing di pasar global,” tutur Erwan.

Data Produksi Wood Pellet 2020-2024

Model pengelolaan hutan berkelanjutan di Gorontalo dan kawasan lain memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi negara, membuktikan bahwa kelestarian dan ekonomi dapat berjalan beriringan. Berikut dampak ekonomi dari industri wood pellet:

Peningkatan Devisa Negara

Peningkatan ekspor diperkirakan memberikan Devisa negara sekitar Rp1 triliun dalam periode 2024-2025.

Mendorong Investasi

Keberhasilan ini mendorong investasi pabrik pelet baru di berbagai wilayah, termasuk Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan secara khusus di Gorontalo.

Penciptaan Lapangan Kerja

Industri ini menciptakan lebih dari 7.000 lapangan kerja langsung dan tidak langsung (estimasi APREBI tahun 2025), memberikan multiplier effect ekonomi yang kuat.

Peningkatan investasi dan serapan tenaga kerja ini menjadi bukti bahwa ekonomi berbasis sumber daya alam dapat tumbuh secara berkelanjutan, tanpa mengorbankan kelestarian hutan atau memicu deforestasi.

Kontribusi Biomassa terhadap Iklim Global: Meredam Isu Deforestasi Gorontalo

Selain manfaat ekonomi, industri wood pellet yang bersertifikasi SVLK juga memberikan kontribusi penting dalam mitigasi perubahan iklim dan kelestarian lingkungan.

Pengurangan Emisi Karbon

Penggantian 1 ton batu bara dengan biomassa setara dengan pengurangan emisi CO2 sebesar kurang lebih 2,42 ton. Substitusi ini, yang dicapai melalui program co-firing dan transisi energi bersih, membuktikan komitmen Indonesia terhadap energi terbarukan.

Dukungan NDC

Industri ini berkontribusi langsung terhadap target Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) 2022 Indonesia, di mana sektor energi ditargetkan mengurangi emisi sebesar 11,9 persen pada 2030.

Pemanfaatan Limbah

Pemanfaatan limbah kayu dari HTI sebagai bahan baku mengurangi praktik pembakaran terbuka (yang menyebabkan polusi) dan memperpanjang siklus karbon hutan tanaman, semakin memperkuat posisi Gorontalo sebagai kawasan lestari yang terhindar dari deforestasi.

Pasar Wood Pellet Global dan Posisi Indonesia: Menjawab Kekhawatiran Deforestasi Gorontalo

Pemahaman terhadap dinamika pasar global menjadi kunci untuk menempatkan Indonesia, khususnya Gorontalo, dalam konteks energi terbarukan dunia.

Wood pellet adalah produk biomassa padat yang terbuat dari serbuk atau limbah kayu yang dipadatkan (densifikasi) untuk menjadi sumber energi terbarukan, berfungsi sebagai pengganti batu bara (untuk co-firing, heating, atau steam boiler).

Pasar Global Semakin Ketat terhadap Produk Bebas Deforestasi

Produksi wood pellet telah meningkat drastis didorong oleh target bioenergi di Eropa, Korea Selatan, dan Jepang. Pada 2023, sebanyak 29 juta ton atau lebih dari setengah total produksi diperdagangkan secara internasional.

Pasar Eropa (51 persen) dan Amerika Utara (28 persen) masih mendominasi produksi global. Namun, pangsa produksi kawasan Asia-Pasifik meningkat dari 13 persen pada 2019 menjadi 18 persen pada 2023.

Lima produsen wood pellet terbesar pada 2023 adalah Amerika Serikat (9,8 juta ton), Vietnam (4,5 juta ton), Jerman (3,7 juta ton), Kanada (3,5 juta ton), dan Prancis (1,7 juta ton).

Indonesia sebagai eksportir, dengan Gorontalo sebagai salah satu pilar utama, berada di jalur yang tepat untuk memenuhi permintaan pasar global yang semakin ketat terhadap produk legal, lestari, dan bebas dari isu deforestasi Gorontalo.

(Agustina Wulandari )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement