Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Iran Sita Kapal Tanker Perusahaan Siprus di Selat Hormuz

Rahman Asmardika , Jurnalis-Minggu, 16 November 2025 |04:05 WIB
Iran Sita Kapal Tanker Perusahaan Siprus di Selat Hormuz
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)
A
A
A

JAKARTA - Iran menyita sebuah kapal tanker minyak berbendera Kepulauan Marshall saat melintasi Selat Hormuz, kata seorang pejabat Amerika Serikat (AS). Iran kemudian memasukkan kapal tersebut ke perairan teritorial Iran dalam interdiksi pertama dalam beberapa bulan di jalur perairan strategis tersebut.

Iran tidak segera mengakui penyitaan tersebut, meskipun hal itu terjadi di saat Teheran semakin gencar memperingatkan bahwa mereka dapat membalas setelah menghadapi perang 12 hari pada Juni dengan Israel yang menyebabkan AS menyerang situs-situs nuklir Iran.

Kapal Talara sedang berlayar dari Ajman, Uni Emirat Arab, menuju Singapura pada Jumat, (14/11/2025) ketika pasukan Iran mencegatnya, ujar pejabat pertahanan AS yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas masalah intelijen. Sebuah pesawat nirawak (drone) MQ-4C Triton milik Angkatan Laut AS telah berputar-putar di atas area tempat Talara berada selama berjam-jam pada Jumat untuk mengamati penyitaan tersebut, menurut data pelacakan penerbangan yang dianalisis oleh The Associated Press.

Sebuah perusahaan keamanan swasta, Ambrey, menggambarkan serangan tersebut melibatkan tiga kapal kecil yang mendekati Talara.

 

Pusat Operasi Perdagangan Maritim Inggris Raya milik militer Inggris secara terpisah mengakui insiden tersebut, dengan mengatakan bahwa kemungkinan "aktivitas negara" memaksa Talara untuk berbelok ke perairan teritorial Iran. Columbia Shipmanagement yang berbasis di Siprus kemudian mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah "kehilangan kontak" dengan kapal tanker tersebut, yang membawa gasoil berkadar sulfur tinggi.

Perusahaan telah "memberi tahu otoritas terkait dan bekerja sama erat dengan semua pihak terkait — termasuk badan keamanan maritim dan pemilik kapal — untuk memulihkan kontak dengan kapal tersebut," kata perusahaan itu, sebagaimana dilansir ABC News. "Keselamatan awak kapal tetap menjadi prioritas utama kami."

Angkatan Laut menyalahkan Iran atas serangkaian serangan ranjau limpet terhadap kapal-kapal yang merusak tanker pada 2019, serta atas serangan pesawat nirawak yang fatal terhadap sebuah tanker minyak yang terkait dengan Israel yang menewaskan dua awak kapal Eropa pada 2021.

Serangan-serangan tersebut dimulai setelah Presiden AS Donald Trump, dalam masa jabatan pertamanya, secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir Iran tahun 2015 dengan negara-negara adidaya. Penyitaan besar terakhir terjadi ketika Iran menyita dua tanker Yunani pada Mei 2022 dan menahannya hingga November tahun itu.

 

Serangan-serangan tersebut kemudian diredam oleh serangan Houthi yang didukung Iran yang menargetkan kapal-kapal selama perang Israel-Hamas di Jalur Gaza, yang secara drastis mengurangi pengiriman di koridor Laut Merah yang krusial.

Ketegangan selama bertahun-tahun antara Iran dan Barat, ditambah dengan situasi di Jalur Gaza, meletus menjadi perang besar selama 12 hari pada Juni.

Iran telah lama mengancam akan menutup Selat Hormuz, muara sempit Teluk Persia yang dilalui 20% dari seluruh minyak yang diperdagangkan. Angkatan Laut AS telah lama berpatroli di Timur Tengah melalui Armada ke-5 yang berbasis di Bahrain untuk menjaga jalur perairan tersebut tetap terbuka.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement