Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

"Saya Nggak Dendam Sama Obama"

Muhammad Roqib , Jurnalis-Rabu, 24 Maret 2010 |07:07 WIB
Nggak Dendam Sama Obama"" />
Barry (tengah) Saat Pesta Ulang Tahun Teman Sekolahnya di Jakarta (Foto: AP)
A
A
A

PONOROGO - Masa kecil Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama di Indonesia meninggalkan banyak cerita di hati teman sekolah dan teman sepermainannya.

Begitu pula yang dirasakan Vickers Sulistyo (50), teman semasa kecil Obama. Namun, bukan hanya cerita menyenangkan yang dialami Vickers saat bermain bersama Obama kecil, melainkan juga cerita memilukan.

Saat ditemui di rumahnya Jalan Majapahit, RT 02 RW 01, Desa Campurejo, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Vickers Sulistyo menceritakan dan mengenang masa kecilnya saat bermain bersama Obama.

Vickers menceritakan, sewaktu kecil dia tinggal di Jalan Tebet Barat Dalam I Nomor 37, Jakarta Selatan. Orangtuanya, Sudarsono, bekerja di Bea Cukai, Jakarta, saat itu. Sedangkan, ibunya, Sumiati, sebagai ibu rumah tangga biasa. Dia adalah anak pertama dari empat bersaudara. Adik keduanya bernama Hunter.

Saat itu, Vickers duduk di kelas tiga SD Iskandariyah, Kebayoran, Jakarta Selatan. Dia berumur 10 tahun. Adiknya, Hunter berumur delapan tahun. Dia memiliki teman dekat yang bernama Ika, yang tinggal hanya 40 meter dari rumahnya.

Ika saat itu duduk di kelas dua SD Besuki, Menteng Dalam, Jakarta Selatan, satu kelas dengan Barry, sapaan Obama kecil.

Vickers mengungkapkan, saat itu Barry tinggal bersama orangtuanya, Stanley Ann Dunham dan Lolo Soetoro di kawasan Haji Ramli Nomor 16 Jakarta. Namun, Barry kala itu sering bermain ke rumah Ika.

"Saat itu, Ika sering mengajak Obama kecil bermain di halaman rumah saya. Kebetulan, halaman rumah saya saat itu cukup luas. Ika, Barry, saya, dan adik saya, Hunter, sering bermain di halaman rumah itu. Terkadang bermain gundu, bermain bola, dan bermain naik sepeda. Tapi, yang lebih sering bermain naik sepeda," ujar Vickers.

Vickers semasa kecil sering dipanggil Ikes oleh teman-temannya. Suatu ketika, kata Ikes, Barry bermain ke rumahnya bersama Ika. Saat itu, Barry mengajak Ikes naik sepeda keliling perkampungan. Ikes berada di depan membonceng Barry. Saat itu, kedua bocah ini bermain naik sepeda di Jalan Tebet Dalam II yang kondisinya naik turun curam.

"Ketika melewati jalan turun curam, Barry iseng menggelitik kedua kuping saya. Rasa geli pun tak tertahankan hingga saya lepas kendali. Akhirnya, kami terjatuh keras tersungkur di jalan. Akibatnya, tulang siku kiri saya patah. Rasanya ngilu sekali. Selain itu, darah juga terus mengucur dari luka gores di tangan kiri saya. Sedangkan, Barry terlihat ketakutan dan hanya diam. Saya panggil beberapa kali Barr, Barr, tapi dia malah pergi," ujar Ikes.

Saat itu, Barry bukannya menolong Ikes yang kondisinya lunglai di jalan. Namun, Barry malah ketakutan dan pergi meninggalkan Ikes sendirian. Sedangkan, kondisi Ikes saat itu semakin lemah karena banyak darah keluar. Tak lama kemudian, Ikes pun pingsan. "Seingat saya, banyak orang mendekati saya dan menolong. Kemudian, membopong tubuh saya ke rumah," ujar Ikes.

Ketika itu, Ikes langsung dibawa ke dukun ahli tulang untuk mengembalikan posisi tulangnya yang patah. Sekujur tangan kirinya saat itu dibebat dengan potongan bambu dan dibalut kain. Baru dua minggu kemudian kondisi tulang siku yang patah itu diperiksakan ke dokter. "Karena saat itu masih anak-anak, tulang yang patah itu cepat menyambung. Dokter bilang kondisi tulangnya sudah menyatu sehingga tak perlu operasi lagi," ujar Ikes.

Orangtua Ikes, Sudarsono maupun Sumiati, menganggap kejadian itu kecelakaan murni. Sehingga, keduanya juga tidak mencari Barry atau meminta pertanggungjawaban orangtua Barry, Lolo Soentoro atau Stanley Ann Durham. "Ibu saya tidak menyalahkan Barry. Bahkan, kalau pun salah, ibu dan bapak memaafkan Barry. Mungkin, karena masih anak-anak, kejadian itu murni kecelakaan, dan bukan disengaja," ujar Ikes.

Selama menjalani perawatan itu, Ikes mengaku tidak mendengar kabar lagi mengenai Barry atau Barrack Obama kecil itu. "Sampai saya sembuh dan sekolah lagi, saya tak bertemu lagi dengan dia. Sebetulnya, saya saat itu kangen juga dengan dia. Sebab, kami sudah seperti sahabat," ujarnya.

Ikes mengingat, semasa kecil itu, Obama kecil bertubuh agak gemuk dan berambut keribo.

Semasa kecil, Barry dikenal suka jahil dan menggoda teman-teman sepermainannya. "Dia suka jahil sama teman-temannya. Misal, tidak ada apa-apa, tiba-tiba mengoles pipi temannya dengan oli. Tak pelak, temannya langsung jengkel dan mengejar Barry. Dia juga langsung lari sambil tertawa cekikikkan. Itulah si Barry waktu kecil," cerita Ikes.

Setelah kejadian kecelakaan sepeda sekira Agustus 1969 itu, Ikes tak mendengar lagi kabar Barry. Dia baru tahu kalau Barry kembali ke Amerika Serikat. Setelah itu, Ikes, Ika, Hunter, dan Barry kecil menjalani kehidupan masa remaja dan dewasa di dunianya masing-masing.

Barry dititipkan oleh ibunya ke rumah neneknya di Hawai, Amerika Serikat, tahun 1972.

Ikes mengaku baru mengetahui Barry beberapa tahun kemudian saat pemilihan presiden Amerika Serikat. "Saat itu, adik saya Hunter bilang kalau Barack Obama itu ya Barry. Saya kaget, tapi setelah saya perhatikan seksama, ternyata memang benar kalau Barack Obama itu ya Barry," ujarnya.

Meski pernah terkena musibah kecelakaan gara-gara ulah Barry, Ikes mengaku tak menyimpan dendam sedikit pun. Dia menganggap itu murni kecelakaan. Bahkan, dia mengaku sudah melupakan kejadian itu. Tapi dia mengaku terkadang terbersit dalam hatinya ingin bertemu dengan Barack Obama.

"Saya tidak menyimpan dendam pada Barack Obama. Saya ingin bertemu dia saja. Ya, bertemu seperti dua sahabat kecil yang pernah melewati masa anak-anak bersama," ujar Ikes.

Ikes kini menikmati hidup tinggal di Ponorogo. Kini dia memiliki tiga anak yakni Raditya Erlangga (23), Nandika Ramanda Putra (20), dan Endira Denis Fitrani (14). Istrinya bernama Diyah Ernawati (37), bekerja sebagai ibu rumah tangga biasa.

Vickers kini menggeluti usaha berjualan jamu tradisional beras kencur dan jahe di Ponorogo dan Jakarta. Sedangkan, adiknya, Hunter bekerja di PT Gelora Pasifik, salah satu perusahaan penyedia spare part pesawat terbang di Jakarta.

(Lamtiur Kristin Natalia Malau)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement