JAKARTA - Jika tidak segera ditangani, keterpurukan Indonesia bisa mengantarkan bangsa ini menjadi negara gagal.
Hal disampaikan ulama Nahdlatul Ulama (NU) Masdar Mas'udi di kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jumat (4/2/2011).
"Jika sebuah negeri berada di ambang kegagalan, maka persoalan utama pasti pada kepemimpinan, bukan pada rakyatnya," kata Masdar.
Menurutnya, seharusnya tidak ada yang perlu dikeluhkan pemimpin kita. "Biaya sudah kita bayar. Para pemimpin sudah mendapatkan apa yang menjadi keinginan mereka. Tetapi kita sebagai rakyat belum melihat mereka melaksanakan kewajiban mereka," ujar Masdar.
Pernyataan Masdar didukung pemaparan data oleh Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Sofyan Effendi.
Dia menyampaikan, saat ini, Indonesia berada di posisi ke-61 dari 177 negara dalam failed state index. "Posisi tersebut lebih rendah dari tahun lalu. Dan akan sangat mungkin mencapai status 'negara gagal' jika pemerintah tidak segera berbenah," ujarnya.
Sofyan memaparkan, indikator Indonesia akan mencapai kondisi negara gagal diantaranya seberapa berat tekanan yang dialami penduduknya? Adanya kesenjangan kemiskinan yang sangat parah antardaerah, dan merosotnya pelayanan publik.
"Kesenjangan yang parah bisa menimbulkan ledakan di berbagai daerah karena mereka merasa tidak ada keadilan dari pemerintah. Sementara, tidak ada tanda-tanda pelayanan publik akan meningkat. Saat ini, hanya 25 persen dana anggaran pendidikan dan belanja negara (APBN) yang dialokasikan untuk pelayanan publik meliputi di antaranya pendidikan, rehabilitasi bencana, dan lainnya," ujar Sofyan memaparkan.
Sejumlah tokoh agama mulai keras mengkritik pemerintah. Tudingan pemerintah berbohong disampaikan oleh sejumlah aktivis lembaga swadaya masyarakat dan pemuda didukung oleh sejumlah tokoh lintas agama Januari silam.
(Stefanus Yugo Hindarto)