JAKARTA- Pemandangan pengemis di Ibu kota Jakarta bisa terlihat hampir di sudut-sudut kota. Mulai dari terminal, lampu merah, stasiun hingga tempat-tempat ibadah. Menjelang bulan Ramadan jumlah pengemis pun semakin meningkat.
Di tengah himpitan ekonomi, menjadi pengemis menjadi satu pilihan bagi sebagian orang. Pasalnya penghasilan yang diperoleh dari mengemis terbilang sangat menjanjikan.
Ketua Majelis Ulama Indonesia Amidhan melihat, ada orang yang sengaja menjadikan pengemis sebagai usaha jalan pintas mencari uang. “Mereka berpendapatan Rp15.000 sampai Rp100.000, ini berarti usaha yang sangat menjanjikan,” kata Amidhan kepada okezone, Minggu (31/7/2011).
Amidhan menegaskan, kehadiran pengemis disebabkan salah satunya karena kegagalan negara untuk mensejahterakan rakyatnya. “Bagaimana pun pemerintah harus mensejahterakan rakyatnya,’ kata Amidhan.
Untuk mengatasi fenomena pengemis, Amidhan mengungkapkan ada sejumlah hal yang harus dilakukan. Pertama, pemerintah, khususnya pemerintah provinsi DKI Jakarta harus benar-benar melaksanakan aturan yang mengatur tentang pengemis secara tegas. Kedua, perlu adanya pencerahan dari ulama setempat. “Dai harus menimbau kepada masyarakat harusnya tangan di atas lebih utama. Yang memberi, lebih baik daripada yang mengadah,” kata Amidhan.
Namun demikian, Amidhan mengungkapkan, untuk memberi sebaiknya jangan dilakukan di jalan-jalan raya. Tapi sebaiknya melalui saluran-saluran yang telah ada, seperti melalui masjid.
(Stefanus Yugo Hindarto)