JAKARTA - Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief meluncurkan gerakan “Sejuta Data Budaya”. Gerakan ini ditujukan mengkonservasi beragam budaya nasional agar tidak punah atau diklaim oleh negara lain.
“Gerakan ini bertujuan untuk mengumpukan referensi yang memadai mengenai budaya Indonesia dan berfungsi untuk proteksi, penelitian kebudayaan, dan pengembangan ekonomi kerakyatan dan kesejahteraan sosial,” kata Andi dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa, (13/12/2011).
Gerakan ini diharapkan menjadi awal revolusi sains dan transformasi sosial dan ekonomi, dalam menghadapi kembali potensi bencana-bencana besar yang dulu pernah menenggelamkan peradaban-peradaban besar di Indonesia.
Penyusunan data base budaya juga digunakan sebagai langkah revitalisasi budaya ke arah Mitigasi Bencana Alam.
"Presiden mengapresiasi semangat dan kerja nyata dari para peneliti dari Bandung Fe Institute, IACI dan pihak-pihak lain yang telah menggali potensi Budaya Indonesia. Dan pemerintah bersedia memfasilitasi para peneliti untuk melanjutkan penelitianya supaya menjadi hasil yang dapat dimanfaatkan guna meningkatkan kehidupan sosial masyarakat," tuturnya.
Gerakan ini, kata Andi Arief, diinisiasi oleh Indonesia Archiphipelagi Cultural Initiative (IACI) yang dimotori Bandung Fe Insitute (BFI). Pihaknya telah melakukan koordinasi dan mendapatkan paparan dari berbagai pihak dalam kaitan pendataan budaya di Indonesia.
"Tujuannya, untuk mengetahui sejarah kebencanaan Indonesia dari berbagai ragam Budaya Indonesia, seperti pada cerita-cerita rakyat, lagu daerah, motif dan ukiran pada kain dan bangunan, serta arsitektur dan lainnya," paparnya.
Menurut perwakilan BFI, Rolan M Dahlan, sejauh ini pihaknya dan IACI telah melakukan pendataan sekira 15 ribu data artefak budaya dan sedikitnya telah menghasilkan 24 karya penelitian di level internasional. Penelitian ini memanfaatkan perkembangan terbaru dalam bidang matematika, fisika, kimia, komputer, biologi evolusioner, dan lainnya.
"Salah satu hasil capaian BFI dan IACI, mereka berhasil mengidentifikasi 3.000 motif batik se-Indonesia serta menemukan hubungan kekerabatan dari motif-motif tersebut dan menghasilkan sebuah ‘pohon’ pola batik Indonesia," tegasnya.
Gerakan “Sejuta Data Budaya” ini akan berlangsung selama 1 tahun hingga 13 Desember 2012. Gerakan ini tidak hanya berupa pengumpulan data budaya saja, namun beberapa rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mempromosikan, mengedukasi, mempublikasikan, dan meningkatkan manfaat ekonomi dari produk budaya Nusantara.
(Dede Suryana)