Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

"Tragedi Bima, Utang Nyawa Dibayar Nyawa"

Genta Wahyu , Jurnalis-Senin, 26 Desember 2011 |13:10 WIB
Foto: Genta Wahyu/okezone
A
A
A

SOLO - Gabungan Mahasiswa Bima dan Ikatan Mahasiswa Muslim Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Sukoharjo, Jawa Tengah yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Satu untuk HAM (Ganash) menggelar aksi demo mengutuk tragedi yang terjadi di Bima yang menewaskan banyak warga sipil termasuk para mahasiswa.

Awalnya, aksi yang digelar di pertigaan Jalan Raya Solo - Semarang ini berjalan lancar. Namun, berubah menjadi tegang saat para mahasiswa maju tepat di tengah jalan sambil berorasi dan membentangkan spanduk. Ketegangan sempat terjadi saat seorang perwira polisi berpangkat Ajun Komisaris Polisi berusaha membubarkan aksi demo ini.

Pasalnya, aksi yang mengganggu ruas jalan antar provinsi tersebut tidak mengantongi izin resmi dari pihak Kepolisian. Namun, para mahasiswa sempat menantang aparat kepolisian yang ingin membubarkan para mahasiswa dengan menangkap satu per satu para mahasiswa yang mengelar aksi unjuk rasa tersebut.

Untungnya, ketegangan tidak berlanjut dan polisi membiarkan para mahasiswa melanjutkan kembali aksinya meskipun arus kendaraan menjadi macet saat para mahasiswa membentuk lingkaran besar tepat di tengah jalan.

Ketua Perhimpunan Mahasiswa Bima yang ada di Solo, Wahyudin Syah mengutuk langkah polisi yang menyerang warga secara frontal.

"Disini sudah sangat jelas, bila polisi yang seharusnya melindungi warga sipil, malah justru lebih memilih menjadi centeng pengusaha untuk menindak warga sipil yang tidak berdaya," jelas Wahyudin, di sela aksi demo, kepada Okezone, Senin (26/12/2011).

Selain mengutuk sikap polisi, para mahasiswa juga mengecam Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang melegalkan langkah polisi menindas warga Bima.

"SBY memiliki andil besar dalam kejadian di Bima. SBY melegalkan arogansi polisi untuk melindungi kepentingan kapitalis global.Bagi warga Bima, utang nyawa wajib dibayar nyawa," tandasnya.

Dengan kejadian tersebut para mahaiswa menuntut Presiden SBY secara terbuka meminta maaf kepada rakyatnya dan segera mencopot Kapolri sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas tindakan represif anggotanya yang berbuntut pada kejahatan HAM.

Para mahaswa juga menuntut semua pihak yang terlibat di pembantaian warga di Bima diseret ke pengadilan HAM. Dan restrukturisasi institute kepolisian sebagai pengembalian citra polisi bukan centeng bayaran.

Para mahasiswa juga menuntut pembebasan warga Bima yang ditahan, dan pemerintah segera menghentikan eksploitasi sumber daya alam di Bima.  (sus)

(Muhammad Saifullah )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement