JAKARTA - Hasil survei beberapa lembaga menujukkan jika elektabilitas calon presiden Partai Golkar, Aburizal Bakrie tidak begitu menggembirakan. Pengamat Politik Universitas Padjajaran, Dedy Mulyana menilai, kasus lumpur Lapindo tetap menjadi batu sandungan bagi pria yang akrab disapa Ical itu untuk bisa menaikkan elektabilitas.
"Itu (Lapindo) memang kendala yang sangat sulit untuk diatasi. Keadaan ini, sangat sulit menaikkan elektabilitas," kata dia kepada Okezone, Jumat (13/12/2012).
Sejak awal terpilihnya Ical sebagai calon presiden 2014, dia menilai, memang sudah ada keraguan di internal partai berlambang pohon beringin itu. Tapi, tentu saja ada yang berani untuk berterus terang menentang ketputusan itu, ada juga yang hanya berdiam diri.
"Atau melakukan tindakan yang berarti tidak setuju bahwa Ical calon presiden. Tindakan orang pasti ada motifnya, meski sulit untuk diungkapkan," ujarnya.
Yang jadi masalah lain bagi Partai Golkar, tambahnya, ketika elektabilitas tak kunjung membaik, Partai Golkar mau tak mau harus tetap mengusung Ical. Pasalnya, menurunkan Ical dari posisi sebagai calon presiden sama saja membunuh wibawa pria yang juga pengusaha itu.
"Kalau sudah ditetapkan masa iya mau dicabut lagi. Ini akan jadi masalah bagi wibawa Ical. Tidak mungkin ada pengunduran diri tiba-tiba," ungkapnya.
Dia menegaskan, kunci sukses Ical maju sebagai calon presiden tetap penuntasan kasus lumpur Lapindo. Akan menjadi nilai tambah jika tanggung jawab Ical dalam kasus itu bisa membuat korban merasa puas.
"Yang memilih kan rakyat. Sekarang katakanlah di internal mulus, tapi kalau rakyat tidak memilih Ical bagaimana?," pungkasnya.
Senada dengan Dedy, Pengamat Politik Universitas Indonesia, Zulfikar Ghazali juga menyarankan agar Ical menuntaskan kasus lumpur Lapindo. "Itu (Lapindo) harus diselesaikan dulu baru orang respek," tegasnya.
(Tri Kurniawan)