JAKARTA - Pengamat politik LIPI Indria Samego menilai konflik internal Partai Demokrat yang terjadi saat ini menunjukkan, bila partai tersebut bukan partai modern. Menurut dia, klaim selama sebagai partai modern hanya retorika semata. Sebab, sebagai partai modern jika terjadi konflik tidak akan selalu berpangku terhadap satu figur yaitu, Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono.
“Secara umum menunjukkan partai ini dikelola agak primitif, hanya retorika saja. Karena memang prakteknya bertentangan dengan apa yang dikampanyekan selama ini. Orang-orang Demokrat sering dikaitkan dengan korupsi karena pertama, secara pribadi mereka butuh uang untuk memenuhi kebutuhan aktivitas, kekuasan dan kekayaan,” ungkap Indria saat berbincang dengan Okezone, Rabu (6/2/2013).
Kedua, lanjut dia, sifat partai primitif dirancang tidak berdasarkan perencanan. “Partai sendiri sering meminta sumbangan karena tidak berdasarkan perencanaan dan hanya besifat seremonial. Peran figur SBY yang sangat sentral. Selama ini orang memilih bukan karena faktor ideologis tapi karena figur SBY,” imbuhnya.
Bagi dia, bila partai sedang merosot maka akan melakukan sebuah konsolidasi untuk memperkuat akar rumput, bukan mengadu dan meminta Ketua Wanbin SBY turun tangan.
“Saat survei jeblok, bukan lantas minta SBY turun tangan, kan ada AD/ART, ini kayak anak kecil semua, dikit-dikit menyebut SBY dengn versinya. Anas juga mengangkat Sekjen yang tidak pengalaman karena tahu bisa jadi sandera, jadinya kaya gini. Yang ada kan bukan konsolidasi tapi perang dingin,” jelas dia.
Seharusnya kata dia, sebagai partai yang memenangkan pilpres dua kali bisa mendidik rakyat lebih baik dalam hal politik. Dia juga berharap agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bisa berjalan sesuai tracknya.
“Yang pasti bahwa ketidakpercayaan publik terhadap partai sudah dititik nadir, dan pemberantasan korupsi harus terus berjalan. Kita berharap KPK menjadi penegak hukum, agar tidak menimbulkan spekulasi seperti disampaikan Anis Matta,” imbuhnya.
“Itulah yang membedakan PKS dan Demokrat, secara objektif kita harus apresiatif. Kalau Demokrat coba, itu menunjukkan partai belum mampu membangun lembaganya,” pungkasnya.
(Misbahol Munir)