Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sistem Pemilu, Biang Kerok Ongkos Nyaleg Mahal

Misbahol Munir , Jurnalis-Selasa, 23 April 2013 |10:31 WIB
Sistem Pemilu, Biang Kerok Ongkos <i>Nyaleg</i> Mahal
Ilustras (Foto: Dok. Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Tak sedikit yang menyesalkan dengan sistem pemilu proporsional terbuka dengan suara terbanyak. Pasalnya, sistem ini menjadi biang kerok dari mahalnya biaya untuk menjadi legislator.  
 
Menurut Ketua DPP Partia Golkar Hajriyanto Tohari, sistem pemilu proporsional terbuka menyebabkan para caleg harus siap bertarung secara terbuka termasuk dengan kader internal partai sendiri. Justru kata dia, Undang-Undang (UU) sistem pemilu tersebut dibuat oleh pemerintah dan anggota DPR sendiri.
 
"Biaya tinggi ini kan akibat dari sistem pemilu proporsional terbuka dengan suara terbanyak. Sistem inilah yang menjadi biang dari politik biaya tinggi. Jadi, akar dari politik biaya tinggi ini adalah UU Pemilu yang ironisnya dibuat sendiri oleh DPR bersama pemerintah," kata Hajriyanto kepada Okezone, Selasa (23/4/2013).
 
Bila dicermati kembali, membengkaknya ongkos politik tak lain karena kemauan partai politik dan pemerintah. Anehnya lagi, konsekwensi dari UU tersebut jutru dikeluhkan oleh Parpol.
 
"Jadi politik biaya tinggi ini dapat dikatakan sebagai maunya Parpol melalui DPR dan pemerintah. Nah, ironisnya parpol-parpol sendiri yang kemudian mengeluhkan tentang politik biaya tinggi itu sendiri. Benar-benar aneh bin ajaib," jelas Wakil Ketua MPR itu.
 
Sebelumnya, Politikus Demokrat Ruhut Sitompul mengatakan, untuk menjadi anggota DPR dibutuhkan dana minimal Rp1 miliar sampai Rp10 miliar.
 
"Dalam kampanye legislatif biaya yang terbesar bukan di kaos dan baliho, tapi pengerahan massa. Jaman saya satu kepala Rp50 ribu. Saya yang didukung 100 ribu orang ini minimal mengeluarkan Rp5 miliar," kata Ruhut saat dihubungi, Senin (22/4/2013).
 
Mahalnya biaya politik untuk menjadi anggota DPR juga diakui Ketua Komisi VIII Ida Fauziyah. Namun, politikus PKB ini enggan mengatakan mengenai nominal biaya yang dikeluarkan. Menurut pengalaman dia, biaya paling mahal adalah alat peraga seperti kaos, spanduk, serta biaya pertemuan.
 
"Yang paling mahal itu alat peraga, dan pertemuan, sedangkan kampanye lebih banyak dilakukan partai," jelas dia.
 
Dia benar-benar mencari tentang cara yang murah untuk menjadi anggota DPR. Apalagi, kata dia, bagi caleg perempuan yang memiliki kesulitan tingkat tinggi dalam pendanaan.
 
Dia juga mengakui bila Pileg 2014 nanti masih banyak diwarnai dengan money politic. "Ya nanti itu money politic masih akan bergentayangan, kompetisi internal juga sudah keras apalagi dengan eksternal karena semakin sempit ruangnya. Sehingga menuntut orang agar lebih banyak kreatif. Saya berpikir keras bagaiamana dapat suara yang suara, ya salah satunya dengan mengambil hatinnya," jelasnya.

(Misbahol Munir)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement