SOEHARTO kita tahu sebagai figur yang sarat kontroversi. Bukan hanya soal Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966 yang dijadikannya kendaraan ke kursi RI 1, tapi juga di masa revolusi mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945.
Selepas pendidikan PETA (Pembela Tanah Air) dan Jepang angkat kaki dari nusantara, Soeharto yang sudah berpangkat mayor dan membawahi Batalion X, turut ambil bagian dalam Palagan Ambarawa yang meletus 20 November 1945.
Dalam buku ‘Soeharto: The Life and Legacy of Indonesia’s Second President’ karya Retnowati Abdulgani-Knapp, Soeharto yang ikut menyerang Ambarawa dan Banyubiru dengan sukses, menarik pujian Komandan Divisi V/Purwokerto, Kolonel Gatot Soebroto.
Sukses Soeharto itu juga memancing sanjungan lanjutan dari Panglima TKR (Tentara Keamanan Rakyat) Soedirman yang baru dipromosikan jadi Jenderal pada Desember 1945. Soedirman kemudian menghadiahi Soeharto dengan pangkat Overste (Letkol) dan membawahi Resimen III Yogyakarta.