LONDON – Penyelidikan Pemerintah Inggris atas kematian seorang mantan mata-mata Uni Soviet, Alexander Litvinenko di London pada 2006 telah selesai. Hasil penyelidikan itu menyatakan Presiden Rusia Vladimir Putin terlibat dalam pembunuhan pria 43 tahun itu.
Litvinenko, adalah seorang pengkritik keras Putin yang meninggalkan Rusia pada 2000. Enam tahun kemudian, dia tewas setelah meminum teh yang diracuni dengan bahan radioaktif polonium-210 di sebuah hotel di London.
Mantan anggota KGB Andrei Lugovoy dan seorang warga Rusia lainnya Dmitry Kovtun dituduh sebagai pelaku pembunuhan Litvinenko. Namun, keduanya menolak tuduhan tersebut.
Laporan penyelidikan tersebut menyatakan bahwa Putin kemungkinan menyetujui pembunuhan atas Litvinanko yang dilakukan oleh kedua tersangka di bawah arahan dari dinas intelijen Rusia, FSB.
“Melihat semua bukti dan analisis yang saya dapatkan, saya menyimpulkan bahwa operasi FSB untuk membunuh Litvinenko mungkin telah disetujui oleh (Pimpinan FSB) Patrushev dan juga Presiden Putin,” demikian disampaikan Ketua Penyelidikan, Sir Robert Owen, sebagaimana dilansir BBC, Kamis (21/1/2016).
Hasil penyelidikan ini disambut baik oleh Marina Litvinenko, janda dari almarhum Alexander. Dia mengatakan bahwa di saat-saat terakhir, suaminya menuduh Putin sebagai dalang pembunuhan tersebut.
“Kata-kata yang diucapkan oleh suami saya di akhir hidupnya saat dia menuduh Putin, telah dibuktikan oleh Pengadilan Inggris,” pungkasnya.
(Randy Wirayudha)