BANDUNG kerap jadi primadona destinasi wisata domestik maupun mancanegara. Kalau bukan karena ingin blusukan kuliner, pasti warga luar Bandung inginnya belanja berbagai hal terkait fashion.
Ya, Bandung sering jadi sasaran warga kota lain, terutama Jakarta di masa liburan yang enggan memilih kawasan Puncak, Bogor. Pasti deh tuh, kalau lagi tempo lengang dari rutinitas sekolah atau bekerja, berbondong-bondong pada ke kota berjuluk “Parijs van Java”, baik dengan mobil, maupun transportasi kereta api.
Penulis sendiri sudah tak terhitung berapa kali pelesiran ke Bandung kalau lagi bosan di Bekasi, tempat kediaman atau lagi masa libur dari pekerjaan di Jakarta Pusat. Tapi ada rasa penasaran tersendiri di benak, dari mana asal usulnya julukan Parijs van Java dan kenapa mojang-mojang Bandung geulis-geulis pisan?
Well, abaikan pertanyaan terakhir di atas karena rasanya masih lebih menarik mengulas asal usul predikat Parijs van Java. Asal kata Parijs van Java konon muncul di sekitar tahun 1920.
Tepatnya sejak kemunculan Jaarbeurs atau “Bursa Tahunan” di sebuah komplek yang saat ini berada di Jalan Aceh, Kota Bandung. Jaarbeurs itu semacam pasar malam yang biasa menyuguhkan berbagai teater sandiwara hingga musik.