PADANG- Harimau Sumatera yang diperangkap pawang harimau belum dievakuasi tim Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Hingga saat ini belum ada kesepakatan antara warga Desa Tarok, Nagari Kapalo Ilalang, Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam dengan BKSDA Sumbar.
Hal itu diakui Kepala Desa Tarok Bambang Hermanto kepada okezone, Selasa (12/7/2011).
“Kita belum menemukan titik terang dengan pihak BKSDA soal harimau yang kalau orang disini mengatakan ‘inyiak’ orang di tuahkan, hasil diskusi kita dengan perangkat adat disini sepakat harimau bisa diserahkan ke BKSDA kalau mereka memberikan uang ganti rugi ternak yang dimangsa sebanyak Rp10 juta,” ujar Bambang.
Menurutnya, harimau tersebut masih bertahan disini satu hari sebelum diserahkan pada BKSDA tapi catatan pembayaran harus dilakukan. “Kita tidak menjual harimau tersebut kita hanya minta ganti rugi atau sebagai sanksi adat kepada harimau itu karena sudah memangsa ternak warga,” katanya.
Bambang menambahkan kondisi harimau yang dikandangkan pawang tersebut sakit dan pawangnya juga ikut sakit. “Sesuai tradisi kami disini harus menjaga harimau ini di kandangnya dan melakukan kegiatan dengan harimaunya. Kalau harimaunya tidur pawangnya juga ikut tidur, kalau harimaunya sakit pawangnya ikut sakit, kini pawang harimau tersebut sakit dan saat ini sedang di infus,” ujarnya.
Sementara Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Chandra Putra masalah ini terus dibicarakan dengan warga soal pengevakuasian harimau Sumatera tersebut. “Kita berharap hari ini bisa membawa harimau dari lokasi. Ini lagi di lokasi, berdialog dengan warga untuk membawa harimau ke lokasi konservasi,” ujarnya.
Menurut Bambang, sejak tahun 1983 hingga tahun ini, sudah lima ekor harimau dikandangkang warga Tarok. Saat ini, sekitar 3 ekor harimau lagi diyakini warga masih sering memasuki kawasan pemukiman mereka yang berada di kaki Gunung Tandikek.
(Stefanus Yugo Hindarto)