JAKARTA - Wali Kota Solo Joko Widodo awalnya tidak pernah menyangka akan menduduki posisi orang nomor satu di Solo, Jawa Tengah. Namun karena niat untuk membenahi Kota Solo, Joko Widodo akhirnya mendaftar maju menjadi Wali Kota Solo.
“Dulu siapa yang kenal saya. Hidup dari keluarga pengusaha kecil, serba susah. Namun karena saya melihat Solo perlu dibenahi maka saya tertantang untuk melakukannya,” kata pria yang disapa Jokowi ini kepada okezone.
Gebarakan pertama yang dilakukannya saat menjabat jadi Wali Kota Solo yakni membuat program pembuatan Kartu Tanda Penduduk satu jam jadi.
“Sebenaranya dalam satu jam itu sudah selesai, tetapi kenapa harus menunggu beberapa hari. Kemudian saya berpikir kenapa hal tersebut tidak dilakukan,” tuturnya.
“Saat itu juga saya menginstruksikan kepada jajaran untuk melakukan hal serentak. Awalnya memang banyak keluhan dari kepala desa, kelurahan, dan kecamatan di Solo, namun saat saya beri arahan semua melakukannya,” tandasnya.
Jika ada kepala desa atau pamong desa yang membandel tidak melaksanakan hal tersebut, Jokowi akan memberi peringatan keras.
“Jika ada yang bilang tidak bisa, maka saya bisa pastikan dia sudah tidak menjabat lagi di posisinya. Kenapa seperti itu, karena dia tidak ada niatan berubah dan membangun Kota Solo. Sehingga untuk apa lagi mempertahankan orang seperti itu,” tuturnya.
Akibat kebijakan yang keras, tidak sedikit kritik yang terlontar kepada pria kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961 itu.
“Saya sering sekali dikritik, namun apa yang saya lakukan untuk kebaikan masyarakat Solo juga kok,” tegasnya.
Bahkan saat menjabat pertama kali sebagai Wali Kota Solo, Jokowi kerap berselisih pendapat dengan legislatif. Namun dengan transparansi dan ketegasan yang dilakukannya, akhirnya semua menjadi cair.
“Awal-awal menjabat atau tepatnya setahun pertama, legislatif selalu mengkritik kebijakan saya. Namun dengan komunikasi dan penjelasan yang saya lakukan, akhirnya mereka mengerti,” paparnya.
(Kemas Irawan Nurrachman)