PHNOM PENH – Krisis politik yang terjadi di Kamboja mulai memasuki babak baru. Oposisi Kamboja yang dipimpin oleh Sam Rainsy resmi memboikot pelantikan parlemen baru Kamboja.
Walaupun adanya pemboikotan pelantikan parlemen Kamboja tetap dilangsungkan. Dalam pidato pembukaan oleh Raja Kamboja Norodom Sihamoni mengharapkan seluruh Kamboja harus bersatu. Demikian diberitakan VOA News, Selasa (24/9/2013).
Dalam pelantikan seperti sudah diprediksi yang menghadiri acara hanya 68 orang dari partai berkuasa partai rakyat Kamboja pimpinan Perdana Menteri (PM) Hun Sen. Pihak oposisi Kamboja yang diwakili oleh Partai Penyelamat Nasional Kamboja berhasil merebut 55 kursi dalam pemilahan umum (pemilu) 28 Juli 2013 lalu.
Merasa pihak oposisi seharusnya dapat merebut lebih banyak kursi mereka berinisiatif untuk mengadakan demo besar menolak hasil pemilu. Demo tersebut berubah menjadi kericuhan setelah adanya penembakan yang dilakukan oleh keamanan Kamboja.
PM Hun Sen dan pemimpin Oposisi Sam Rainsy sempat melaksanakan dialog pekan lalu, untuk mengakhiri krisis politik. Tetapi dialog itu gagal menemui hasil, akibat ditolaknya permintaan oposisi untuk melaksanakan investigasi pemilihan umum secara independen.
Oposisi yang dipimpin Raisny juga menghelat pelantikan parlemen tandingan. Pelantikan tandingan tersebut dihelat di candi Angkor wat yang telah menjadi simbol wisata Kamboja.
Hun Sen menjabat sebagai Perdana Menteri Kamboja sejak 1985. Pria berusia 61 tahun itu dinilai sebagai sosok kontroversial yang dianggap melakukan pelanggaran HAM selama berkuasa.
(Fajar Nugraha)