Mungkin Ahok Sengaja Membangun Citra Galak & Ditakuti

K. Yudha Wirakusuma, Jurnalis
Senin 17 Februari 2014 13:36 WIB
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) (Foto:Okezone)
Share :

JAKARTA - Sikap Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang memiliki emosi meledak-ledak diduga sengaja dipamerkan kepada publik. Psikolog Sani B Hermawan menilai hal tersebut sengaja dibangun oleh Ahok untuk meningkatkan citranya.

"Mungkin Ahok sengaja membangun citra galak dan ditakuti," kata Sani saat berbincang dengan Okezone, Senin (17/2/2014).

Dia mengatakan bahwa hal tersebut dianggap kurang elok, apalagi hingga menyebabkan orang terluka saat berkomunikasi dengan Mantan Bupati Belitung Timur itu. "Seharusnya atasannya. dapat menasehatinya," ucapnya.

Guna meredam emosi yang kerap meledak-ledak, Ahok diminta untuk dapat berguru dari semua orang. "Semua butuh waktu guru, siapa saja. Enggak ada orang lahir matang kecerdasan emosinya. Jadi harus dikembangkan secara matang. Misalnya ada orang yang tua, namun kecerdasan emosinya rendah, itu bisa saja. Karena usia tidak bepengaruh terhadap kecerdasan emosi," tukasnya.

Sebelumnya sebanyak lima guru honorer mendatangi Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahok sore ini di Balai Kota Jakarta. Mereka mengadukan tim seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang tak meluluskannya.

Namun, kedatangan mereka yang mengharap solusi dari mantan Bupati Belitung Timur itu, justru mendapat "semprot" amarah dari mantan anggota DPR Komisi II itu. Bahkan, salah satu dari mereka sempat menangis dan pingsan usai Ahok memarahi.

"Sekarang bantu saya, siapa yang curang di honorer? Saya orangnya kesalan. Kenapa kesalan? Kenapa sebelum tes lu enggak ngomong sama gua. Setelah kamu enggak lulus, kamu baru ngomong. Itu yang gua enggak suka jadi orang. Kalau lulus kamu diam. Maksud saya, jangan begitu jadi orang. Saya sudah ngomong dari 2,5 tahun lalu, kalau ada ketahuan maling masuk ikut tes, lu kasih tahu gua. Menpan itu bukan di bawah saya, BKD baru di bawah saya!" ucap Ahok.

Pernyataan akhir Ahok tersebut kemudian membuat Eva menangis kencang hingga akhirnya pingsan dan digotong ke tempat di samping lift lantai dua Balai Kota. Sementara Ahok sudah berlalu masuk kembali ke ruang kerjanya.

Saat sadar, Eva pun hanya bisa mengeluh perihal sikap Ahok. "Saya kaget saja. Enggak usah marah-marah. Ngomong saja baik-baik," ucapnya sembari tersedu.

Eva dan kawan-kawan juga hanya bisa meratapi nasib sebagai guru honorer yang digaji hanya sebesar Rp650.000 hingga Rp700.000 per bulan.

"Kami sudah 10 tahun lebih jadi guru honorer. Mana janji pemerintah untuk memperhatikan kami?" ujarnya.

(K. Yudha Wirakusuma)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya